Wednesday, May 27, 2009

The Lovely Bones -- Alice Sebold

The Lovely Bones The Lovely Bones by Alice Sebold



My review


rating: 1 of 5 stars

Kisah ini sebenarnya biasa. Dimulai dari pembunuhan seorang gadis, Susie Salmon, setelah di perkosa. Tubuhnya dimutilasi dan dimusnahkan. Namun yang membuatnya unik adalah, kisah ini diceritakan dari sudut pandang Susie, si korban pembunuhan, which is the ghost. Awalnya terus terang saya cukup tertarik untuk meneruskannya. Gimana Susie mengawasi pembunuhnya dari surganya.

Susie juga mengawasi keluarganya, bagaimana mereka hidup setelah dia tiada, dan gimana keluarganya berusaha melanjutkan hidup mereka. Ibunya selingkuh dan akhirnya pergi meninggalkan Lindsey, Buck dan ayahnya. Mencari kehidupan baru berusaha menjadi seseorang yang lain. Sementara ayahnya tetap keukeuh kalau tetangganya si Mr Harvey lah pembunuh Susie, namun dia tidak bisa membuktikannya dan akhirnya menjadi terobsesi sendiri. Lindsey yang survive dengan caranya sendiri, dan Buckley yang menjadi sosok serius dan pendiam.

Anyway, kejadian-kejadian cukup menegangkan sempat terjadi, terutama ketika Susie menampakkan diri. Membuat bulu kuduk berdiri, terutama jika saya membacanya di malam hari, sendirian, dan hujan turun dengan lebatnya. Terus terang saya memang suka terbawa suasana kalau berurusan dengan yang namanya hantu, roh, spirit, ghost, makhluk halus, whatever.

Tapi yang membuat saya kurang sreg adalah alur ceritanya yang tidak jelas. Sebenernya Susie ini mau pembunuhnya ketangkep, atau hanya ingin memantau kehidupan di dunia aja? Dia mungkin belum rela meninggalkan kehidupan remajanya secara dia dan Ray belum benar-benar berciuman dengan serius. Mungkinkah itu yang membuat roh Susie gentayangan? Secara akhirnya ketika Susie berhasil 'meminjam' jasad Ruth dan bercinta dengan Ray, setelah itu barulah Susie tenang. Padahal di satu-satunya kesempatan dia bisa bicara dengan Ray, kenapa juga sih dia nggak ngasih tau Ray kalo Mr Harvey lah yang udah bunuh dia. Kenapa yang dipikirin cuma: kiss me. atau: Make love to me, Ray. *please deh, Sus* Udah gitu Ray kok ya cepet banget percaya kalo Ruth bukanlah Ruth. Bisa aja kan Ruth berkepribadian ganda? *maksa*

Trus dari deskripsi Susie tentang ibunya, dimana dia pernah mencuri motret sang ibu saat sedang sendirian, seolah ibunya ini burung yang terperangkap dalam kandang emas yang bernama pernikahan. Seolah memiliki anak menjadi beban baginya. Tapi nggak dijelasin, apa sih masalah si ibu? Kenapa dia begitu? Kenapa dia suka menyendiri dan berharap anak-anaknya pergi agar dia bisa merokok. Kenapa si ibu selingkuh dan dengan gampangnya bercinta dengan polisi yang notabene baru dikenalnya? (mungkin emang gitu ya culture mereka?) Harusnya Susie, yang sekarang udah di surga, bisa tau dong latar belakang kenapa si ibu sepertinya bukan menjadi dirinya sendiri dan akhirnya memutuskan untuk pergi meninggalkan keluarganya? Secara di surga bukannya semua ada jawabannya?

Tapi yang mengagumkan adalah cinta ayahnya terhadap Susie yang tak lekang di makan waktu. Kalau biasanya kita denger pepatah: Kasih ibu sepanjang jaman, di novel ini justru kasih ayah yang sepanjang jaman. Sementara ibunya nggak jelas tujuan hidupnya apa. Mau menjadi diri sendiri, tapi pergi nggak ketauan juntrungannya. Dan yang anehnya, si ayah dengan pasrah menerima kembali istrinya, bahkan jatuh cinta lagi saat istrinya kabur, itu benar-benar diluar akal pikiran saya. Hare gene?

Menjelang akhir halaman, duh... rasanya kok ya berat banget nyelesein. Bukan karena sayang dan ingin berlama-lama, tapi karena makin kesini kok ya makin nggak jelas mau dibawa kemana si Susie ini (Terutama setelah Susie mendapatkan keinginannya bersama Ray *tolong*) dengan seenaknya si Mr Harvey dimatiin dengan cara yang ajaib.

Secara keseluruhan, novel ini lumayan lah, tapi maaf saya kurang menyukainya. Banyak istilah yang saya kurang pahami. Mungkin novel ini terlalu nyastra :)


View all my reviews.

No comments: