Thirteen Reasons Why
by
Jay Asher
My rating: 4 of 5 stars
"Hannah Baker meninggal..."
"Hannah Baker bunuh diri..."
Bagaimana
kalau kita mendengar kabar bahwa seseorang meninggal karena bunuh diri?
Sedih? Takut? Heran? Mungkin semua perasaan yang tak dapat
dideskripsikan bercampur baur menjadi satu. Tapi bagaimana kalau salah
seorang teman kita bunuh diri, lalu meninggalkan rekaman kaset yang
mengatakan bahwa kita lah salah satu alasan dia mengakhiri hidupnya?
Itulah
yang terjadi pada Clay. Hannah Baker, salah seorang gadis temannya
sekolah (sekaligus cewek yang dia taksir dari jauh) bunuh diri. Apa
alasannya? Clay tidak tahu, semua orang di sekolahnya pun tidak tahu.
Hanya gosip yang berkembang berspekulasi tentang kematian gadis itu yang
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul. Dan itupun bukan jawaban
pasti. Namanya juga gosip, namanya juga spekulasi.
Hingga suatu
hari Clay mendapatkan sebuah paket yang berisi 7 kaset. Sebelumnya, Clay
mendapatkan kiriman peta kotanya dari pengirim tak bernama. Ternyata
peta yang pernah dia dapatkan dan kaset yang dia terima itu memiliki
hubungan. Dan penyebab kematian Hannah Baker pun terjawab di dalam
rekaman kaset tersebut.
Clay menghabiskan satu malam mendengarkan
7 kaset tersebut sambil mengikuti petunjuk Hannah menyusuri peta
kotanya mencari jawaban. Clay bukan orang jahat, bukan orang yang mempu
menyakiti orang lain, kenapa dia ada di kaset itu? Kenapa Hannah
mengatakan bahwa dirinya salah satu yang ada di daftar? Secara
keseluruhan ada 13 orang yang memicu Hannah bunuh diri, dan
masing-masing orang akan mendapatkan giliran mendengarkan kaset tersebut
yang akan mengubah hidup mereka... selamanya!
Saya nggak akan
menjelaskan secara detail siapa-siapa saja 13 orang itu dan apa yang
telah mereka lakukan. Saya lebih tertarik membahas gaya penuturan sang
penulis yang menurut saya cukup unik. Suara Hannah dan pertarungan batin
Clay bisa terlihat dari perbedaan font. Dan bagaimana Clay berkali-kali
menyayangkan kenapa Hannah berbuat hal bodoh seperti itu, padahal dia
ada untuk membantunya. Itu juga yang ada dalam benak saya juga, dan
mungkin benak pembaca lainnya.
Kalau bisa disimpulkan, memang
bunuh diri adalah tindakan paling bodoh yang bisa dilakukan seseorang.
Namun, dari buku ini saya jadi tersadar, ternyata apa yang kita lakukan
terhadap orang lain, bisa memberikan dampak tertentu pada orang
tersebut. Let's say kita mengejek seseorang. Mungkin orang tersebut bisa
membalas dan bersikap seolah itu bukan masalah besar. Tapiii... kita
tak pernah tau apa sebenarnya yang terpendam dalam hatinya. Siapa yang
tahu kalau dia sebenarnya sedang dalam masalah dan ejekan kita menambah
kesedihan dan keputusasaannya?
Kalo balik lagi ke buku ini,
memang beberapa kali saya mendapatkan ketidakadilan Hannah yang
menyalahkan orang lain atas tindakannya tersebut. Memang saya setuju
dengan snowball effect yang terjadi dari sebuah gosip, namun begitu
bukan juga alasan dia untuk menyalahkan orang lain sehingga dia bunuh
diri. Di halaman belakang, akhirnya Clay menyuarakan pendapat saya,
bahwa Hannah memang tak mau ditolong, bahwa Hannah mencari cara untuk
membenci hidup agar dia makin memiliki alasan untuk meninggalkannya.
But,
well.. lepas dari semua itu, buku ini memberikan pelajaran yang bagus
banget: be nice to other people. Cuma itu aja kok, simple kan? Tapi
kadang sulit dilakukan.
No comments:
Post a Comment