The Cardturner
by
Louis Sachar
My rating: 4 of 5 stars
Novel khas Louis Sachar yang penuh humor dan dialog kocak (dan
pergumulan batin yang kocak pula) bercerita dari sisi seorang anak muda
17 tahunan. Sejak kecil Alton selalu dipaksa ibunya mengatakan ke
pamannya di telepon "I love you uncle" "You're my favorite uncle". Waktu
masih kecil sih OK-OK aja, tapi kalo udah 17 th siapa jg yang mau di
dikte spt itu, bukan?
Nah, si uncle Trapp ini, mengalami kebutaan
karena penyakit diabetesnya. Suatu hari, Trapp nelepon Alton dan minta
(baca+ maksa) Alton menjadi 'cardturner' untuknya. Sampai saat ini belum
dapet terjemahan yg enak utk kata tersebut. Alton was like, "What? A
blind man palying cards?" tapi setelah beberapa kali mengantar Trapp ke
club bridge nya, Alton pun tahu bahwa Trapp adalah orang yg hebat dalam
urusan bermain bridge.
Cerita pun bergulir ke masa-masa Trapp
main bridge dan Alton menjadi cardturner untuknya. Di awal dirinya
menjadi cardturner, Alton sama sekali tidak mengerti bagaimana bermain
bridge. Menurutnya itu adalah permainan kartu buat orang-orang lansia
seperti halnya permainan bingo (padahal saya jg suka main bingo, and I'm
not that old!) Tapi makin sering dia bermain untuk pamannya, makin dia
mengerti apa itu permainan bridge dan trik-triknya.
Penulis
menggambarkan secara detail mengenai permainan ini di beberapa bagian
dalam buku dalam rangka mengenalkan permainan ini ke pembaca. Kind of
boring, tapi penulis telah memberi tanda dengan gambar ikan paus, yang
artinya dia akan menceritakan teknis permainan kepada pembaca. Pembaca
dipersilahkan untuk membaca atau skip (I skip).
Trapp memiliki
impian mengikuti kejuaraan bridge tingkat nasional. Namun apa daya Trapp
keburu dipanggil Tuhan dan tinggallah Alton dan sepupunya untuk
meneruskan impian tersebut. Lagipula, hotel sudah dibooking dan dibayar
lunas, tiket sudah dibeli, kenapa juga menyia-nyiakan kesempatan, kan?
Alton
dan sepupunya akhirnya nekat mendaftar sebagai Trapp dan mantan
partnernya dulu yang juga sudah meninggal, Annabel. Yang membuat Alton
pede adalah, pamannya memberitahunya kartu apa yang harus dimainkan,
sehingga dia bisa melaju ke sesi berikutnya. Namun kadangkala suara
pamannya tak terdengar bahkan di saat paling genting sehingga Alton
harus bermain sesuai kemampuannya. Dan saat permainan akhir tiba, suara
Trapp sama sekali menghilang. Apakah Alton dan sepupunya berhasil
mewujudkan impian sang paman, atau mereka harus kembali ke kota mereka
dengan hukuman yang sudah menunggu karena pergi tanpa pamit?
Baca deh, keren :)
No comments:
Post a Comment