Monday, September 02, 2013

Lakon Librarian: Profesi Underdog

librarianSebenarnya sudah sering sih mendengar komen orang bahwa pustakawan itu adalah pekerjaan yang mencakupi: beres-beres buku, ngelap-ngelap buku, nyusun-nyusun buku, nyetempel buku, mungkin sekalian nyapu perpus, ngelap kaca juga kali ya?

Well, dimaklumi lah ya kalau yang ngomong adalah orang awam yang tinggal di pelosok, gak ada tv dirumahnya, dan dia nggak pernah mengecap pendidikan semenjak lahir. Namun kata-kata tersebut keluar dari mulut seorang mantan pegawai bank, yang mestinya sering nonton tv, baca koran, buka internet, ya baca berita lah intinya. Tapi ya mungkin even gadgetnya hanya dibuka saat mau cek status twitter atau fbnya. Saya maklum deh kalau begitu.

Saya bertemu dengan Mbak Kepo mantan pegawai bank ini di suatu malam, sepulang kerja, which is saya sudah lelah dan energi sudah terkuras. Oiya, satu hal perlu ditekankan, saya belum pernah bertemu dengannya. Adapun percakapan saya dan Mbak Kepo (yang saya singkat menjadi MK) sebagai berikut:

be_nice_to_your_librarian_tote_bag
MK: Mbak, guru?

Saya: Saya pustakawan

MK: Oh, yang beres-beresin buku gitu?

Saya: *hanya tersenyum saja*

MK: Itu buku di perpustakaan penyusunannya buku yang K digabung semua yang K gitu ya?

Saya: *tik-tok-tik-tok* Maksudnya? *bingung*

MK: Iya, buku yang dari huruf K digabung jadi satu, gitu ya?

Saya: Oh, penyusunan buku di perpustakaan itu ada aturannya. Kalau fiksi kasih huruf F, lalu 3 huruf nama terakhir pengarang, lalu satu huruf awal judul buku.

MK: Oh, gitu. Ada ilmunya juga ya nyusun buku?

Saya: Ya ada mbak, kan saya juga sekolahnya khusus di jurusan ilmu perpustakaan

MK: Oh,a da ya jurusan itu?

Saya: Ada, lah buktinya saya sekolah di situ.

MK: Masuknya gampang kali ya, kan nggak ada saingannya.

Saya: *mulai gemes tapi tetep senyum* Eit, jangan salah, banyak juga kok yang nggak keterima, peminatnya cukup banyak.

MK: Itu sarjana?

Saya: Iya, sarjana. S2 nya juga ada. *duh, dia kemana aja sih? memang dia nggak tau kalau di luar negeri juga ada pustakawan, yang bahasa Inggrisnya adalah librarian?*

MK: Oh, gitu. Gajinya lumayan?

Saya: *hela napas* Ya lumayan mbak.

MK: Memang dulu kuliahnya di mana?
Saya: Di UI

Dia pun terdiam. Mungkin saya berhasil membungkamnya dengan menyebutkan nama almamater saya, atau mungkin dia merasa aneh karena UI membuka jurusan yang menurut dia nggak bonafid.

Oke, moralnya adalah: profesi seorang pustakawan memang sering dipandang sebelah mata. Dianggap hanya sebagai penunggu sebuah ruangan yang berisi buku penuh debu. Tapi, saya ingin menekankan satu hal: ini adalah profesi penting. Perpustakaan, meskipun dianggap remeh, namun di setiap instansi pasti ada.

Saya bekerja sejak lulus kuliah, dan hingga kini lowongan yang mencari pustakawan selalu ada. Coba saja daftar di jobsdb atau streetjob. Saya nggak bohong lho! Dan jika dari awal kita bekerja bersungguh-sungguh, skill kita pasti bertambah, dan otomatis gaji pun akan menyesuaikan.

Memang untuk profesi yang menekankan pada pelayanan seperti pustakawan, pegawai kantor pos, pegawai kelurahan, dan lainnya, selalu dianggap enteng, tapi kalau nggak ada, dicari-cari!

Akhirnya saya pikir, ya sudah lah.. kalau memang ada orang-orang yang menganggap bahkan mengucap kalau profesi kita nggak penting, kita anggap saja angin lalu. Anggap saja kalau dia kudet, alias kurang update.

Saya sih bangga menjadi seorang pustakawan. Nggak semua orang lho bisa ngurusin ratusan bahkan ribuan buku dan menyimpannya dalam susunan yang mudah dicari orang lain.

Dan saya bisa.

keep-calm-and-ask-a-librarian-55
Keren, kan? :D

4 comments:

palsay said...

kereeeenn mak bikerbrarian......

Mak Biker-Brarian said...

Lebih keren lagi mak Palsay. Metal!

sisilain pustakawan said...

Sharing sebagai Pustakawan,
http://sisilainpustakawan.wordpress.com/2013/11/18/266/

Mak Biker-Brarian said...

Nice sharing.. :)