Sunday, August 27, 2017

The Girl On The Train -- Paula Hawkins

The Girl on the Train, by Paula Hawkins.

My rating: 3 of 5 stars.

Kisah perjalanan dengan kereta memang banyak meninggalkan kisah. Seperti misalnya di KRL jabodetabek, ada aja kisah di salamnya yang saya dengar dari teman-teman komuter. Seperti perselingkuhan *euh, bahaya*, arisan *ini seru ya*, dan lain sebagainya. Namun tidak demikian dengan Rachel. Perjalanannya di dalam kereta yang dilakoninya setiap hari, membuatnya terlibat dalam sebuah kasus.

Rachel adalah seorang pemabuk berat. Dia alkoholik tingkat dewa yang menginginkan seorang anak dalam keluarga kecilnya. Namun suaminya tak terlalu mendukung keinginannya, tetapi tidak juga melarangnya untuk memeriksakan diri mereka berdua. Istilahnya, suaminya mah nyantai aja, dikasih hayuk, nggak ya sudah. Tapi Rachel malah baper. Dan dia jadi mulai minum-minum untuk menutupi kesedihannya, hingga akhirnya Rachel kecanduan alkohol dan menjadi alkoholik akut.
“It’s possible to miss what you’ve never had, to mourn for it.”
Tom, suaminya, berusaha bersabar namun namanya juga manusia, kesabaran pasti ada batasnya. Hingga akhirnya Tom meninggalkannya demi Anna. Rachel bercerai dan Tom membangun kehidupan baru dengan Anna, dan memiliki seorang anak perempuan. Rachel tidak bisa menerima kenyataan, dan terus melakukan aksi teror: menelpon Tom, mengajaknya bertemu, mendatangi rumah mereka, intinya Rachel gak bisa move on.
“I have to find a way of making myself happy, I have to stop looking for happiness elsewhere. It’s true.”
Saat berada di dalam kereta, Rachel selalu memperhatikan rumah-rumah yang ada di sepanjang rel, dan salah satunya menarik perhatiannya karena pasangan muda di rumah tersebut tampak sangat harmonis. Dia menamakan pasangan itu Jess dan Jacob. Tentu saja itu nama karangannya sendiri. Setiap hari Rachel ingin melihat mereka, dan menciptakan khayalan sendiri tentang kehidupan mereka. Hingga suatu hari, Jess menghilang!

Rachel pun akhirnya tahu bahwa Jess adalah Megan, dan Jason adalah Scott. Keduanya tinggal tidak jauh dari rumah yang dulu ditinggalinya bersama Tom. Rachel merasa dirinya memiliki informasi penting mengenai hilangnya Megan, karena sebelumnya dia pernah melihat Megan mencium lelaki lain yang bukan suaminya. Rachel merasa harus terlibat dan itu memberinya tujuan, membuatnya mampu menahan diri dari minum. Bahkan Rachel memecahkan recordnya sendiri, mampu sadar dalam beberapa hari!
“It’s impossible to resist the kindness of strangers. Someone who looks at you, who doesn’t know you, who tells you it’s OK, whatever you did, whatever you’ve done: you suffered, you hurt, you deserve forgiveness.”
Namun ada satu hal yang mengganggu dirinya. Di hari Megan hilang, Rachel ada di lingkungan tersebut dan dia merasa ada andil di dalamnya. Ditambah lagi malam itu Rachel pualng dengan berdarah-darah, yang dia sendiri tidak tahu penyebabnya. Apakah Rachel yang membunuh Megan? Nah lho!

Misteri banget mengenai pembunuhan Megan ini dan baru terungkap di bab-bab terakhir. Kerapuhan Rachel dalam menjalani kehidupannya tanpa Tom sangat terasa di sini. Yang membuat saya gemes adalah ketidakmampuan Rachel menahan diri dari minum-minum. Kalau dia sudah mabuk dan menimbulkan masalah, euuhhhh... rasanya pengen jambak rambutnya. Kezel banget gitu loh! But again, seorang yang kecanduan memang harus memiliki tujuan dalam hidupnya biar dia terlepas dari kecanduannya itu. Dan bagi Rachel, mengikuti kasus hilangnya Megan membantunya mendapatkan tujuan hidup, meski ujung-ujungnya bawa masalah buat dirinya sendiri sih.
“Who was it said that following your heart is a good thing? It is pure egotism, a selfishness to conquer all.”
Anyway, saya merasa gagal saat awal baca buku ini. Lamaa dan bosan sama tingkah Rachel yang menyebalkan. Tapi menjelang tengah ke akhir, saya mulai bisa menikmati bahkan penasaran banget dengan kelanjutannya. Jadi buat yang merasa lelah baca di bab awal, terusiiinnn.. kamu pasti bisa! Dan endingnya wow deh.

Sudah ada filmnya kan ya? Sekalian nonton kalau sudah selesai. Saya sih masih mikir-mikir dulu, soalnya udah tahu endingnya sih :D

No comments: