Sunday, November 25, 2018

The Woman in the Window -- A.J. Finn

The Woman in the Window -- A.J. Finn

My rating: 3 of 5 stars

Ini cerita thriller psikologi selanjutnya yang saya baca. Kisahnya tentang Anna dan kehidupannya di dalam rumah. Di awal cerita tentu saja tidak dikasih tau kenapa Anna Fox suka mengintip kehidupan tetangganya. Mungkin karena dia bosan saja, atau itu hobi barunya setelah berpisah dengan suaminya. Sementara anaknya Olivia dibawa Ed, sang suami. Tentu saja setelah beberapa halaman baca saya baru paham kenapa Anna lebih suka bergaul dengan kamera Nikonnya untuk mengenal tetangga-tetangganya. (Dan bikin saya juga pingin ganti kamera ke Nikon).

Deskripsi awal tentang tetangga-tetangga Anna sempet membuat saya bosan banget. Menguap beberapa kali, bahkan saya akhirnya menyerah dan meninggalkan buku ini kurang lebih sebulan untuk membaca buku lain :D Anna menceritakan tetangganya yang hamper ketangkep selingkuh (tapi nggak), lalu menceritakan tetangganya yang lain, hobi mereka, rumah mereka, yang pada akhirnya juga nggak memiliki signifikansi apa-apa dalam cerita. Ngeselin kan ya?

Lalu setelah sebulan kemudian saya ambil ni buku, baru deh terjadi pembunuhannya. NAH! Ini dia, kan? Akhirnya muncul juga yang ditunggu-tunggu. Anna ini bermasalah dengan alcohol, bahkan dia minum obat dicampur alcohol. Ah, contoh yang sangat tidak baik dan memang tidak cocok dibaca oleh anak dibawah umur buku ini. Padahal Anna ini psikolog anak, tapi ternyata dia tidak dapat membantu dirinya sendiri. Ya, dimaklumi sih, dokter jantung juga gak bisa mengoperasi diri sendiri ketika kena serangan jantung, kan?

IG: @bookdragonmomma
Nah, kala dalam keadaan mabuk, dia mendengar suara jeritan. Anna langsung menelpon ke rumah depan yang beberapa hari ini menjadi pusat intipannya (apa pula 'pusat intipan') namun semua orang tidak mengaku mendengar suara apapun. Dan Anna tidak mungkin menanyakan ke tetangga sebelah kanan-kiri juga sih! Akhirnya ya sudah lah. Saya pikir dia akan berhenti minum-minuman ya, biar tetap sadar dan waras. Etapi nggak lho! Dia nggak bisa menolak minuman keras itu. Apalagi dia belinya kerat-keratan gitu, stok banyak, kan?

Hingga suatu malam, dia melihat seorang perempuan tertusuk di rumah depan (lagi) inisiatif pertamanya adalah menelpon 911. Tapi Anna nggak sabar, karena si petugas 911 mewawancarainya terus menerus, sementara perempuan di depan rumah kan butuh pertolongan ya!! Anna pun memutuskan untuk keluar rumah. Satu-dua-tiga-empat… Anna berusaha bangkit dari halaman rumah tempatnya kolaps. Dia harus membantu perempuan itu, dia harus membantu Jane Russell, perempuan ramah yang sempat menemaninya bercakap-cakap, mengusir rasa bosan karena terkurung penyakitnya.

Namun, ketika Anna bangun dari pingsannya, dia di rumah sakit, dan tak ada seorang pun yang pernah melihat perempuan yang tertusuk semalam. Bahkan Jane Russell yang dikenalkan tetangganya pun, bukan perempuan yang dia lihat, bukan perempuan yang pernah ke rumahnya dua kali. Semua menganggapnya gila, bahkan Anna pun mulai meragukan kewarasannya. Benarkan dia berhalusinasi? Apalagi obat dan alcohol yang dia minum memang bisa menyebabkan hal tersebut. Tak ada yang percaya Anna. Sendirian, dia harus membuktikan bahwa dia tidak gila.

Karakternya kurang lebih sama deh dengan Rachel di The Girl on the Train (sampai sekarang saya belum nonton filmnya, entah kenapa, jadi malas saja) Perempuan yang tinggal sendiri, masalah dengan alcohol, dan tidak punya teman. Ah, begitu banyak perempuan sepi di dunia ini hingga karakter novel pun banyak tentang mereka. Mengapa? *ih, baperan yak pembaca yang satu ini*

Anyway, buat yang suka thriller macam ini, baca lah. Cuma ya sabar-sabar aja membaca bab awal. Saya aja sempat menyerah, padahal saya suka-pake-banget sama thriller. Itulah makanya saya kasih aja 3 bintang :D

IG: @bookdragonmomma

No comments: