Fairest
by
Gail Carson Levine
My rating: 2 of 5 stars
Awalnya baca buku ini kirain bakal nemuin cerita yang asik seperti
bukunya Levine yang lain. Tapi ternyata makin ke belakang bukannya
penasaran, malah males nerusin meskipun berhasil juga selesai.
Buku
ini bercerita tentang seorang gadis dari Ayortha yang orang tuanya
memiliki sebuah penginapan gitu. Aza, gadis tersebut, ternyata adalah
anak pungut (dalam arti sebenarnya) Maksudnya Aza bener-bener di pungut
dari depan penginapan. Mungkin dia dibuang ama ortunya. Pemilik
penginapan akhirnya mengurus Aza dan membesarkannya seperti mereka
membesarkan anak-anak kandungnya sendiri.
Meskipun jelek (gak
ngebayang sih sejelek apa secara covernya cantik bener) tapi Aza
memiliki suara emas, bahkan paling bagus di Ayortha. Hanya sayang, suara
emasnya itu nggak didukung oleh wajah yang cantik sehingga Aza sering
menjadi ledekan dan cemoohan pengunjung penginapan. Aza berharap dirinya
bisa cantik.
Sebuah perjalanan yang dia lakukan bersama seorang
bangsawan ke istana merubah hidupnya. Bangsawan tersebut diundang ke
istana dalam rangka menghadiri pernikahan Raja. Permaisuri yang baru,
Ivi, adalah wanita yang sangat cantik. Namun beberapa hari setelah
pernikahan itu, raja mengalami kecelakaan dan koma. Ivi mengambil alih
tampuk pimpinan dan mengatur segalanya dengan semena-mena.
Usut
punya usut, ternyata sang ratu memiliki konsultan pribadi yang hanya
diketahui keberadaannya oleh Aza, yang saat itu telah diangkat menjadi
lady-in-waitingnya Ivi setelah Ivi mendengar betapa indahnya suara Aza.
Kejadian demi kejadian pun terjadi (halah, boros kata nih) hingga
akhirnya pangeran Ijori (ponakan Raja) jatuh cinta sama Aza.
Ceritanya
makin ke belakang makin mirip dengan kisah putri salju dengan sedikit
twist menjadikan buku ini gak terkesan plek nyontek. Lumayan sih,
bacanya cukup asik. Cuma satu yang mengganggu pikiran selama baca buku
ini: apa ada ya negara yang isi percakapan sehari-harinya pake nyanyian?
*gak ngebayang* karena di negeri ini semua orang bicara pake lagu.
Duuhhh capek banget gak sih mesti menciptakan lagu tiap hari? Mo mandi
nyiptain lagu dulu, mo tidur mikirin lagu dulu, mo ngomel aja mesti pake
nyanyi? Walah!
No comments:
Post a Comment