“Rasanya kita selalu beli buku ya? Kok library kelihatannya kosong saja?”
Bagi saya kok pertanyaan tersebut terdengar janggal ya? Seolah saya melakukan sesuatu pada buku-buku yang sudah dibeli tersebut, sehingga mereka tidak muncul di rak. Saya jelaskan begini:

Buku yang dikoleksi di Reading Corner masing-masing kelas itu tidak hanya yang fiksi, tetapi juga yang non fiksi. Biasanya koleksi non fiksi disesuaikan dengan unit pelajaran yang akan mereka ajarkan, misalnya tentang Ancient China, atau Rainforest. Maka di awal tahun guru-guru akan mengambil semua buku dengan subjek tersebut guna dipajang di Reading Corner mereka. Sehingga jika ada penelitian atau mencari informasi, mereka tidak perlu membuang waktu ke perpustakaan, karena di kelas telah disediakan bahannya.
Lalu dari mana mereka mengambil buku-buku untuk Reading Corner mereka? Dari mana lagi kalau bukan dari koleksi perpustakaan. Dan ada berapa kelas di sekolah ini? Jawabnya adalah 19 kelas, dan tahun depan akan bertambah 2 kelas lagi. Tiap kelas akan mengambil buku sesuai jumlah murid mereka. Jadi fiksi maksimal 26 novel (atau buku cerita bergambar untuk kelas 1 & 2) per kelas, dan non fiksi dengan jumlah yang sama. Silahkan menghitung sendiri berapa buku yang keluar dari perpustakaan selama setahun pelajaran. Jadi, bagaimana perpustakaan bisa terlihat memiliki banyak koleksi, jika buku-bukunya sudah ‘dijarah’ sejak awal tahun? Dan itu semua akan kembali dalam waktu bersamaan di akhir tahun ajaran.

Sementara, untuk Reading Corner yang berisi non fiksi, saya sudah sering mengkampanyekan penggunaan perpustakaan untuk penelitian atau pencarian literature. Setiap awal tahun saya sampaikan jika mereka bisa membooking ruang perpustakaan untuk kelas mereka guna pencarian data, dan bahan-bahannya akan disediakan untuk siswa sehingga mereka tak perlu mencari-cari lagi di rak buku. Namun, ternyata mereka lebih menyukai cara lama, yaitu menyediakan di kelas. Tapi tenang, saya akan terus berkampanye meskipun tanpa kehadiran kelas-kelas untuk pencarian data di perpustakaan, tempat ini sudah ramai juga sih.
So, kemana buku-buku di perpustakaan? Sudah sering beli, kok masih kelihatan kosong saja raknya?
Jawaban errornya:
“Kalau kesal, saya suka mengunyah kertas, bu. Saya ini kan reinkarnasi dari penunggang kuda lumping!”
6 comments:
Kuda lumpingnya bukan kuda lumping garis keras yang makannya beling, ya mbak. Kuda lumpingnya makan kertas buku. Dan harus seru isinya, kalau enggak nggak akan dimakan :p
Kalau nggak beli bukunya lebih banyak lagi... Seperti 5 set detektif imai, gitu :)) #dihajar.
Iya Ambu, bukunya pasti pilihan. Bukan buku bekas :p
Kalo bisa malah dijadiin novel study yaaa.. jd belinya gak 5 set lagi. Amiinn..
Gyahahahahaa...sama nasibnya. Aku juga heran, tiap bulan berusaha beli novel-novel unyu, tapi selalu saja habis... :D
Sepertinya ada penunggunya yaaa *hiyyy*
Post a Comment