Thursday, March 31, 2016

A Monster Calls -- Patrick Ness


A Monster Calls by Patrick Ness

My rating: 4 of 5 stars

Bulan Maret ini, Blogger Buku Indonesia mengadakan kegiatan posting bareng. Buku yang dibaca boleh buku apa saja: fiksi, nonfiksi, bebas! Cuma cara posbarnya yang beda dari yang lalu-lalu. Kali ini, anggota yang ikutan posbar wajib mempromosikan apa yang dibaca melalui twitter  dan mention ke BBI untuk nantinya diretweet guna memperluas promosi bacaan. Tujuannya agar makin banyak orang yang terjaring untuk membaca, tentunya! :D Good idea banget, kan?

Nah, untuk posbar Maret ini saya memilih buku A Monster Calls by Patrick Ness. Alasannya: pertama, sudah beberapa tahun maju mundur mau baca karena saya pikir ini buku fantasi (saya memang ternyata kurang suka fantasi yang ada makhluk-makhluk aneh bin ajaib macam the Hobbit, Eragon, gitu-gitu deh) trus kedua, buku ini sudah dibuatkan filmnya dan akan tayang Oktober 2016! Makin kuat kan alasan buat baca buku ini?

Twit 1
Twit 2

A Monster Calls bercerita tentang seorang anak, Conor, yang mendapat perlakuan kasar dari bully di sekolah. Dia tidak pernah melawan atau mengadukan kejadian itu kepada gurunya. Temannya sejak kecil, Lily, yang kerap membelanya pun akhirnya menyerah setelah tahu Conor tidak mau dibantu. Maka di sekolah, Conor menjadi anak yang invisible: antara ada dan tiada. Tidak ada anak yang mau main dengannya, terutama karena dia sekarang menjadi sasaran bully.

Twit 3.1
Twit 3.2

Di rumah, Conor menghadapi masalah juga dengan kesehatan ibunya yang makin lama makin menurun karena penyakit yang dideritanya. Dan suatu malam, sesosok monster menghampiri jendela kamarnya dan mengajaknya bicara. Conor tidak sekali pun merasa takut melihatnya. Dia pun merasa heran, namun monster itu mengatakan bahwa nantinya, Conor akan takut padanya.

Monster ini jelmaan dari pohon yew yang tumbuh di pemakaman gereja. Dia bisa melihat pohon itu berdiri tegak di siang hari, bahkan ibunya selalu menatap pohon yew tersebut dan bergumam, "There's that old yew tree." Conor tidak mengerti, kenapa monster itu mendatanginya, bahkan berkata kalau dia akan rutin mengunjungi Conor dengan membawa cerita. Monster akan menceritakan 3 kisah, masing-masing satu untuk tiap kunjungannya. Dan Conor akan menceritakan kisah ke 4. Conor bingung lah! Kenapa dia yang jadi harus cerita? Kan yang mau cerita si Monster? Tapi begitu lah, monster sudah memutuskan dan Conor hanya bisa mengikuti.

Pohon Yew
Setiap cerita yang dikisahkan monster, selalu berakhir dengan hal yang tidak disangka olehnya. Conor selalu protes mendengar ending dari cerita si monster. Namun monster selalu memiliki jawabannya. Saat monster tidak mengunjunginya, Conor menjalani hidupnya seperti biasa. Penyakit ibunya yang makin mengkhawatirkan hingga dia pun pindah tinggal bersama neneknya saat ibunya dirawat, membuatnya makin menarik diri dari pergaulan dan membuat teman-teman sekolahnya makin tidak memedulikannya. Baginya tak masalah. Bahkan hidup terasa normal saat bully memukulnya di sekolah. Conor tidak mengadukan si bully karena dia membutuhkan rasa sakit itu. Conor menyembunyikan sesuatu. Dan itulah yang ditunggu monster. Kisah ke empat.

Conor dan kisah hidupnya ini bisa saja terjadi pada kehidupan kita atau orang di sekitar kita. Apa yang tidak normal menurut kita, belum tentu begitu di mata orang lain. Begitu pun sebaliknya.

Beberapa kutipan yang saya suka adalah percakapan Conor dan Monster. Untuk ukuran monster, kata-kata yang diucapkan terdengar bagus dan filosofis sekali. Mungkin karena memang monster itu datang untuk membantu Conor. Pertanyaan Conor akan dijawab dengan pertanyaan kembali, seperti saat Conor meyakinkan dirinya bahwa kehadiran monster itu hanyalah sebuah mimpi. (on page 48)

"It's only a dream,' he said again.
But what is a dream, Conor O'Malley? the monster said, bending down so its face was close to Conor's.

Conor & Pohon Yew
Lalu saat Conor bertanya siapakah monster itu sesungguhnya, ada sisipan humor di dalamnya. (on page 50-51)

Who am I? it said, its voice getting louder. Who am I?

I have had as many names as there are years to time itself! roared the monster. I am Herne the Hunter! I am Cernunnos! I am the eternal Green Man! 
...
Who am I? the monster repeated, still roaring. I am the spine that the mountains hang upon! I am the tears that the rivers cry! I am the lungs that breathe the wind! I am the wolf that kills the stag, the hawk that kills the mouse, the spider that kills the fly! I am the stag, the mouse and the fly that are eaten! I am the snake of the world devouring its tail! I am everything untamed and untameable! It brought Conor up close to its eye. I am this wild earth, come for you, Conor O'Malley.

"You look like a tree," Conor said.

Kalo saya jadi monster, udah *gubrak* denger Conor ngomong gitu :)

Kutipan lainnya saat Conor mengeluh bahwa monster hanya datang untuk bercerita padanya, padahal dia berharap monster bisa membantunya. Bagi Conor, cerita-cerita monster tidak berguna bagi kehidupannya. (on page 69)

Stories are wild creatures, the monster said. When you let them loose, who knows what havoc they might wreak?

Monster
Satu lagi, saat Conor bingung mendengar cerita monster dan dia bertanya kenapa orang jahat malah dibantu. (on page 84)

There is not always a good guy. Nor is there always a bad one. Most people are somewhere inbetween.

Cerita ini menarik, karena tidak biasa dan cara Patrick Ness mengisahkannya membuat saya penasaran akan kejadian berikutnya saat monster kembali datang ke Conor. Dan seperti yang tadi saya sebutkan, novel ini sudah diangkat ke layar lebar dan siap tayang di bulan Oktober nanti.

Jadi pastikan membacanya sebelum menonton, yes!

No comments: