Sunday, January 15, 2017

It Ends With Us -- Colleen Hoover

It Ends With Us by Colleen Hoover

My rating: 5 of 5 stars

Ketika menyelesaikan novel ini, yang terucap adalah, "Oh my GOD!" Novel ini bagus pake banget, even sampai sekarang saat menuliskan review ini, saya masih merinding.

(Tambahan: buku ini pemenang Goodreads Choice Awards 2016, kategori Romance)

Lily Bloom, perempuan berusia 24 tahun yang suka nongkrong cantik di atap gedung guna menjernihkan pikirannya. Saat sedang asik dengan pikirannya, seorang pria naik ke atap dan tanpa ba-bi-bu menendang kursi yang ada di sana. Lily diam saja, karena pria itu memang tidak melihatnya. Ketika akhirnya pria itu menangkap bayangan Lily yang sedang duduk dengan sebelah kaki keluar pagar pembatas atap, dia menyangka Lily akan bunuh diri dan membujuknya untuk turun. Itulah awal perkenalannya dengan Ryle Kincaid, seorang dokter ahli bedah syaraf yang ganteng dan sukses di bidangnya.

"There is no such thing as bad people. We're all just people who sometimes do bad things."

Pertemuan pertama mereka cukup unik. Karena mereka berdua sama-sama tidak berpikir akan bertemu kembali di masa mendatang, mereka saling menantang untuk mengungkapkan rahasia tergelap masing-masing, dan mengucapkan apa yang ada dalam pikiran mereka yang tidak ingin mereka sampaikan pada orang lain dengan menggunakan istilah 'Naked Truth'. Semacam Truth or Dare, hanya saja ini lebih ke kejujuran. Lucu ya, bagaimana kita bisa open sama orang yang baru kita kenal, karena tidak akan dihakimi atau dinilai buruk. Toh, besok juga nggak ketemu lagi, mungkin demikian.

Ternyata, pertemuan mereka berlanjut saat Lily membuka toko bunga impiannya dan karyawannya ternyata adalah adik dari Ryle. Bayangkan betapa senangnya Ryle bisa bertemu lagi dengan Lily, karena salah satu Naked Truth Ryle adalah dia ingin one-night-stand sama Lily, yang tentu saja ditolak karena Lily menginginkan hal yang diinginkan semua perempuan: pacar yang mencintainya, menikah, punya anak, pokoknya kebalikan dari Ryle yang hanya ingin cinta satu malam dengan perempuan-perempuan yang ditemuinya. Itu semua karena Ryle sangat mencintai pekerjaannya dan ingin menjadi yang terbaik di bidangnya tanpa diganggu hal remeh seperti cinta.

"All humans make mistakes. What determines a person's character aren't the mistakes we make. It's how we take those mistakes and turn them into lessons rather than excuses."

Guess what? Ryle jatuh cinta sama Lily. Dan perlahan namun pasti, pendiriannya tentang kesuksesan karir dan semua itu, berubah seiring waktu yang dihabiskannya dengan Lily. Ryle ingin menjadi pacar Lily, ingin settle dan memiliki keluarga, bahkan suatu malam mereka memutuskan untuk menikah di Las Vegas. Bisa bayangkan jadi seorang Lily? Punya toko bunga sendiri, suami yang ganteng dan sukses, apartemen sendiri dengan balkon yang bisa untuk tanam bunga favoritnya, dan keluarga yang sangat mendukungnya. Sempurna, yes?

Pic. doc pribadi
Namun hidup tidaklah semanis permen yupi **bukan iklan** Lily yang tumbuh di dalam keluarga abusive sangat membenci perlakuan ayahnya terhadap ibunya dulu. Dan hingga tumbuh dewasa pun, Lily masih menyimpan kebencian pada ayahnya. Sebaik dan seperhatian apapun ayahnya pada dirinya, dia tidak akan bisa menghapus kenangan saat Lily memergoki ayahnya sedang menyiksa ibunya. Tamparan, pukulan, tendangan, cekikan, semua pernah dirasakan ibunya. Meski saat ada Lily ayahnya tidak akan melakukan itu, dan dia pun tak pernah memukul Lily.

Rasa sakit yang dirasakan Lily untuk ibunya, hanya dibaginya pada Atlas. Teman yang ditemuinya saat Lily berusia 16 tahun, dan Atlas 18 tahun. Atlas juga berasal dari keluarga yang abusive, yang memaksa dirinya tinggal di rumah kosong di belakang rumah Lily. Tidak tega melihat keadaan Atlas yang ternyata adalah kakak kelasnya di sekolah, Lily membantunya sebisa yang dia mampu, dan seiring waktu mereka makin dekat dan saling jatuh cinta. Tapi yang namanya cinta pertama, apalagi cinta monyet dua anak remaja, tidak bisa berlangsung lama, kan? Atlas pun masuk militer dengan berjanji akan mencari Lily setelah dia cukup pantas untuknya.

Pertemuan mereka terjadi lagi di sebuah restoran. Saat itu Lily bersama Ryle makan malam dengan ibunya Lily, Atlas bertindak sebagai pelayan dan mengambil pesanan mereka. Mulai dari saat itu, Ryle yang cintanya mentok ke Lily merasa cemburu pada Atlas. Setiap hal kecil yang menyangkut Atlas dia akan marah dan gelap mata. Tanpa disadarinya dia akan memukul Lily untuk kemudian meminta maaf dengan sepenuh hati. Awalnya Lily memaafkannya, namun ternyata Ryle memiliki temperamen yang mudah emosi, apalagi jika dibakar api cemburu. Lily merasa dia sedang menjalani kehidupan ibunya. Semua rasa sakit yang dialami ibunya dirasakannya, dan semua yang ada dalam benaknya dulu, "kenapa ibu tidak meninggalkan ayah?" kini dimengertinya dengan cara yang sangat menyakitkan. Apakah Lily akan membiarkan hidupnya berlangsung seperti ibunya?

"Sometimes even grown women need their mother's comfort so we can just take a break from having to be strong all the time."

Rumah tangga yang penuh kekerasan sangat banyak ditemui dalam masyarakat. Namun tidak semua berani keluar dari situasi tersebut, karena kebanyakan perempuannya tidak memiliki sumber penghasilan yang bisa membuatnya berani pergi dari rumah dengan membawa anak-anaknya. Selain itu, masyarakat pun tidak berdaya membantu, karena, "ini adalah urusan rumah tangga gue! Urus rumah tangga loe sendiri!" seperti itulah, sehingga banyak yang memilih menutup telinga. Padahal tidak ada satu pun perempuan yang sepantasnya melalui itu semua. Tidak ada seorang anak pun yang pantas mendapat contoh sebuah rumah tangga yang buruk, sehingga mereka tumbuh dengan pemahaman bahwa demikianlah sebenarnya kehidupan rumah tangga itu, dengan pukulan, cekikan, tamparan, dan sebagainya. **so sad**

Pic. doc pribadi

Dan yang lebih menampar dari pergulatan batin Lily, adalah saat dia berpikir, "Kenapa semua orang berpikir si perempuannya yang salah karena tidak meninggalkan si pria? Kenapa nggak ada satu pun orang yang menyalahkan prianya, kenapa dia menyiksa si perempuan?" kira-kira seperti itu lah! Dan memang di dunia yang didominasi laki-laki ini, bahkan dalam kasus pemerkosaan pun orang-orang menyalahkan si korban karena mungkin berpakaian minim dan sebagainya. Dan keadaan ini membuat saya ingin marah! *tapi pada siapaaa..?*

Novel ini sangat menguras emosi dan sesekali saya menemukan mata saya rembes. Di bagian belakang novel ada catatan penulis yang sebaiknya dibaca setelah selesai membaca novelnya, karena mengandung spoiler. Sebaiknya saya juga tidak menceritakannya di sini. Akhir kata, meski isi novel ini berat, tetap dalam tulisan Colleen Hoover, ada cipratan sedikit MSG sebagai penyedap. Dan setelah membaca dua novel Ms. Hoover, saya berkesimpulan bahwa novelnya ini tidak cucok untuk anak di bawah umur. Hehehe. Belum saatnya ya dik, baca KKPK aja dulu sana!



No comments: