Thursday, January 12, 2017

November 9 -- Colleen Hoover

November 9,  by Colleen Hoover

My rating: 3 of 5 stars

Baca buku ini dalam rangka Tantangan Baca GRI bulan Januari, yakni buku yang mencantumkan angka pada judulnya, Read & Review Challenge BBI kategori contemporary romance, dan tentunya memenuhi Reading Challenge di Goodreads :D (yang ini mah gak usah disebut) sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, yes? Kebetulan di saat yang bersamaan dapet rekomendasi buat baca buku ini, so yeah... semua cucok pada waktunya.

Kisahnya dimulai dengan pertemuan antara anak dan ayah di sebuah restoran. Anak yang sangat benci pada ayahnya, dan ayah yang narsis abis karena dulu adalah aktor terkenal. Kenapa dulu? Karena memang terkenalnya dulu, sekarang sih cuma sisa-sisa ketenaran masa lalu aja yang melekat pada dirinya. Semacam Roy Martin gitu lah... Tenar di jamannya :)

Sementara anaknya, Fallon O'Neil, dulunya adalah artis cilik yang terkenal di sebuah film serial anak. Kenapa saya bilang dulu? Karena sekarang tidak lagi. Why? Karena sesuatu terjadi padanya, sebuah kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya. Selain karirnya yang hilang, kepercayaan dirinya pun menguap terbawa angin. Kini Fallon hanyalah gadis berusia 18 tahun yang sangat tidak pede dengan keadaan dirinya, merasa semua orang menatapnya dengan aneh, dan dia menumbuhkan rambutnya hingga panjang agar bisa menutupi kekurangan yang ada padanya. Dan Fallon menyalahkan ayahnya untuk apa yang terjadi padanya sekarang.

Percakapan mereka sangat tidak menyenangkan untuk didengar (tapi seru untuk diikuti, hehe) hingga mengakibatkan seorang cowok yang duduk di booth belakang mereka untuk nimbrung dan merasa perlu membela Fallon, saat ayahnya menyindir bahwa Fallon baru sekali doang kencan sama cowok dan itu pun di usia 16 tahun. Ayahnya pun mencoba menghentikan niat Fallon yang ingin pindah ke New York untuk menemukan pekerjaan impiannya kembali, yakni sebagai artis. Menurutnya, keadaan Fallon saat ini tidak akan mungkin bisa menjadikannya artis. Karena artis harus cantik, sempurna, dan tidak memiliki cacat seperti Fallon.

Cowok kepo ini, bernama Ben. Dia berpura-pura menjadi pacar Fallon dan membelanya habis-habisan, bahkan menjawab dengan sinis apapun yang diucapkan Donovan. Setelah Donovan pergi, tinggallah mereka berdua di restoran itu. Somehow, Fallon merasa kalau dia tidak ingin dulu berpisah dengan pacar pura-puranya ini. Dia pun mengajak Ben ke kios eskrim untuk membeli makanan penutup, dan bilang, "aku akan memutuskanmu setelah dessert."

Tapi nyatanya, mereka malah menghabiskan waktu lebih lama dari setelah dessert, bahkan hingga akhirnya Fallon harus terbang ke New York. Entah apa yang terjadi, mungkin cinta pada pandangan pertama, atau insta-love, mereka sama-sama merasa berat kalau tidak bisa bertemu kembali, dan memutuskan untuk bertemu kembali di tanggal 9 November. Mereka saling block di media sosial, tidak bertukaran nomor telepon dan alamat email, hanya janji untuk bertemu setahun lagi di tempat yang sama, waktu yang sama. Terdengar aneh? Sedikit keju ya, tapi yeah that's what this book is all about. Pertemuan-pertemuan mereka di tanggal 9 November.

Mereka berdua akan mengira, setahun tanpa berkabar sama sekali akan membuat mereka merasa asing, namun ternyata saat bertemu, perasaan mereka justru makin kuat. Akan tetapi, mereka sadar, kalau mereka sebenarnya tidak saling mengenal. Siapa Fallon? Siapa Ben? Bagaimana sebenarnya kehidupan mereka? Sedikit demi sedikit terungkap lewat percakapan, dan alasan Ben untuk menambah plot, mereka saling bertanya apa kesukaan masing-masing, musik apa yang mereka dengar, buku apa yang menjadi kesukaan Fallon, dan lain sebagainya.

"You'll never be able to find yourself, if you're lost in someone else."

Jangan dikira pertemuan setahun sekali itu mudah, karena situasi, kondisi dan faktor X sangat menentukan keberhasilan mereka untuk bertemu. Seperti di tahun ketiga, abangnya Ben meninggal, hingga dia yang tadinya berjanji akan ke New York menemui Fallon terpaksa batal pergi, dan itu baru bisa dia kabari setelah Fallon menunggu di restoran yang mereka sudah sepakati di New York, melalui telepon restoran. Setelah setahun tidak bertemu, Ben pun gagal datang ke New York, apa yang harus Fallon lakukan? Tidak mungkin dia tidak bertemu lagi selama setahun! Maka Fallon nekat terbang ke LA.

Semacam itulah rasa keju dari novel ini, ditambah dialog yang diucapkan Ben sangat terasa membuai, karena siapa coba cowok yang ngomong seperti itu ke ceweknya? Siapa??? Bahkan suami pun bisa dihitung kapan ngomong romantis dan memuji istrinya habis-habisan seperti yang dilakukan Ben ke Fallon **curcol bu?**

Pic doc pribadi
Saya bertanya-tanya dalam hati, kenapa Ben kayaknya cinta banget sama Fallon, hingga membuat cewek ini akhirnya bangkit kembali rasa percaya dirinya. Benarkah Ben hanya seorang pria yang kebetulan curi dengar pembicaraan anak dan ayah tersebut, hingga akhirnya memutuskan untuk ikut campur? Ataukah ada rahasia lain dibalik motifnya? Apakah Ben si penulis memang hanya membutuhkan Fallon sebagai karakter dalam novelnya? Dan kenapa Ben melarang Fallon membaca draft novel itu? Bukankah yang ditulis adalah kisah mereka?

Gak cuma keju sih, didalam novel ini ada juga rasa bawang dan sedikit pedas-manis. Rahasia yang tersimpan rapat, twist dalam cerita, membumbui kisah Ben dan Fallon. Kenapa tanggal 9 November? Ada apa di tanggal itu, selain hari peringatan kecelakaannya Fallon? Saya (meski banyak minum teh pait buat ngilangin eneg karena rasa keju yang berlebihan itu) menemukan diri saya terus membaca hingga larut malam karena penasaran sama apa yang selanjutnya terjadi pada mereka.

Buat yang suka novel romance, ini novel buat kalian. Buat yang gak terlalu suka rasa keju berlebihan, jangan deh. Tapi kalau mau bersabar, sebenarnya mendekati pertiga akhir sudah mulai berkurang kok kejunya. Malah ada tambahan bumbu MSG yang sedap ditengah-tengahnya, hehe. After all, mereka kan udah 20 tahunan, boleh lah melakukan adegan MSG.

No comments: