Friday, March 23, 2018

My Not So Perfect Life -- Sophie Kinsella

My Not So Perfect Life, by Sophie Kinsella

My rating: 4 of 5 stars
“I think I’ve finally worked out how to feel good about life. Every time you see someone’s bright-and-shiny, remember: They have their own crappy truths too. Of course they do.”
Hidup tidak selamanya seindah postingan di Instagram, atau Facebook, atau sosmed lainnya. Hidup itu ada manis, ada pahit, ada gurih, juga ada kecutnya. Namanya juga kehidupan, lengkap semua rasa yang ada. Namun bagi sebagian orang, menampilkan kehidupan yang naman, happy, selalu berlebihan, menjadi pilihan, meski semua orang juga tahu, tidak selamanya kehidupan itu di atas. Ada waktunya tergelincir ke bawah, merasakan pahit dan susahnya, ada juga saatnya di atas, menikmati segala kenikmatan yang diberikan Tuhan.

Tampaknya hal tersebut yang ingin disampaikan penulis kali ini. Berawal dari kisahnya Katie (yang sejak pindah ke London ingin mengubah jati dirinya dengan mengubah panggilan menjadi Cat) yang berusaha menjalani hidupnya yang terasa berat di London. Mungkin seperti halnya Jakarta bagi orang-orang yang tinggal di desa, London itu penuh dengan harapan. Semua orang sepertinya akan berhasil di sana. Apapun yang ingin dilakukan, London lah tempat berkarya. Begitu pun dengan Katie (eh, Cat. Sorry, Cat).

Cat ingin menjadi Londoner. Bekerja di sebuah kantor Humas, Cat memiliki seorang bos yang baginya terlihat hidup super nyaman dan bahagia. Rumah yang besar (lengkap dengan tangga di depan rumah menuju teras) suami yang sempurna, anak-anak yang tampil sangat memesona. Cat sangat iri pada bosnya, bahkan sempat menjadi stalker karena ingin sekali mencontoh Demeter, bos nya tersebut.
“She has amazing eyebrows. Some people are just granted amazing eyebrows, and she’s one of them.”
Sementara Cat, cuma bisa mengabadikan suatu tempat, makanan (kadang makanan orang difoto) untuk diunggahnya di Instagram agar semua followernya mengetahui betapa hidupnya sangat indah dan patut di-iri-i (apa ini istilah di-iri-i) oleh siapapun. Namun sedihnya, sekuat apapun dia mencoba menjadi Londoner, Cat makin terpuruk, dan terpuruk hingga akhirnya palu godam menghantamnya saat Demeter memecatnya dengan sangat tidak sopan (menurut Cat). Membuahkan dendam membara dalam dirinya.

Cat tak berani jujur pada ayahnya, karena dia tahu ayahnya sangat membenci London dengan kesemrawutannya, ketergesaan orang-orangnya, dan dia lebih suka tinggal di desa. Ayahnya berharap Cat mau tinggal di desa bersamanya, dan ibu tirinya yang super baik. Apa jadinya jika Cat bercerita sesungguhnya tentang pemecatan dirinya?
“Because it’s human nature to hope for impossible things.”
Di saat yang bersamaan, ibu tirinya berkeinginan membuat bisnis kemping. Dan Cat mengusulkan membuat glamping yang sedang hitz itu. Kemping dengan tenda dan kasur ala hotel, di bukit hijau yang luas dan hewan-hewan ternak yang bisa dijadikan program kegiatan selama glamping. Maka, dengan berdalih sedang mengambil cuti panjang, Cat balik ke desa, membangun bisnis orang tuanya, sambil terus mencari lowongan kerja di London. Semua baik-baik saja, hingga suatu hari Demeter datang bersama keluarganya.

Katie (karena pindah ke desa lagi, dia nggak lagi dipanggil Cat) panik! Dia mengecat rambut, berbicara dengan aksen desa yang kental (yang selama di London sudah berusaha dihilangkan dengan sempurna) dan surprise, surprise! Demeter tak mengenalinya! Katie pun beraksi dengan aksi balas dendamnya *tanduk mulai muncul* Namun seiring waktu yang dihabiskan Demeter di glamping milik Katie, Katie makin mengenal siapa bosnya. Dan ternyata kehidupan yang dikiranya sangat menyenangkan bagi Demeter, tidak demikian kenyataannya.
“Every time you see someone's bright-and-shiny, remember: They have their own crappy truths too. Of course they do. And every time you see your own crappy truth and feel despair and think, 'Is this my life?', remember: It's not. Everyone's got a bright-and-shiny, even if it's hard to find sometimes.” 
Banyak hal yang membuat Katie terkejut, dan bersimpati pada mantan bosnya. Belum lagi ternyata 'kepikunan' yang dialami Demeter bukan kepikunan biasa. Ada yang sengaja ingin membuatnya tampak demikian. Begitu banyak kah yang membenci Demeter selain dirinya? Apakah Katie harus membantunya?

Cerita seorang wanita single, mencari peruntungan di kota besar, berharap kehidupannya makin membaik, sekaligus berharap mendapatkan cinta yang tulus. Kisah klasik, tapi tetap seru untuk diikuti. Sophie Kinsella masih menunjukkan giginya di dunia chiclit. Dan dia masih favorit saya.

No comments: