I Owe You One -- Sophie Kinsella
My rating: 3 of 5 stars
Seperti
biasa, suka banget sama buku-buku Sophie Kinsella. Untuk selingan dari bacaan
yang berat dan bikin mumet, a Kinsella is a great pick. Tapi lalu kenapa hanya
kasih 3 bintang? Karena meski ceritanya ringan dan asik (as usual) I feel like
missing something. Gregetnya kurang gitu lho. Kenapa ya?
Ide ceritanya sih oke banget! Karakternya juga ya lumayan kuat lah masing2
punya khasnya tersendiri. (Uncle Ned ngeselin sih, sumpah! Dia karakter gak
penting di buku ini) Sedihnya buku yang ini gak bikin saya baca sambil
ngakak-sampai-keluar-air-mata atau sedih-pilu-terasa-hampa. Biasanya buku Mbak
Sophie selalu seru sampai begitu. Hiks... tapi yang ini nggak.
Fixie bisa dibilang tukang ikut campur. Kalo orang jaman now nyebutnya apa ya?
Bukan kepo sih, karena kalo kepo tuh cuma pingin tau aja, sementara Fixie ini
selain kepo, dia ikut campur ingin membereskan masalah. Nah, apa tuh
sebutannya? Yang pasti sih ngeselin.
Trus romancenya aneh banget. Sebentar sama Ryan, trus sama Seb, trus setiap
malem selama pacaran menghabiskan waktu bersama Seb, tetiba putus, eehhh
balikan lagi! Tanpa penjelasan yang make sense. Seolah diburu2 buat selesai aja
gt.
Anyway, meski demikian, ini tidak membuat saya kapok baca buku mbak Sophie.
Saya akan selalu menanti-nanti tulisan dia 😉
semoga next book will be better. Semangat mbaknya!
Showing posts with label sophie kinsella. Show all posts
Showing posts with label sophie kinsella. Show all posts
Sunday, June 16, 2019
Friday, March 23, 2018
My Not So Perfect Life -- Sophie Kinsella
My Not So Perfect Life, by Sophie Kinsella
My rating: 4 of 5 stars
Tampaknya hal tersebut yang ingin disampaikan penulis kali ini. Berawal dari kisahnya Katie (yang sejak pindah ke London ingin mengubah jati dirinya dengan mengubah panggilan menjadi Cat) yang berusaha menjalani hidupnya yang terasa berat di London. Mungkin seperti halnya Jakarta bagi orang-orang yang tinggal di desa, London itu penuh dengan harapan. Semua orang sepertinya akan berhasil di sana. Apapun yang ingin dilakukan, London lah tempat berkarya. Begitu pun dengan Katie (eh, Cat. Sorry, Cat).
Cat ingin menjadi Londoner. Bekerja di sebuah kantor Humas, Cat memiliki seorang bos yang baginya terlihat hidup super nyaman dan bahagia. Rumah yang besar (lengkap dengan tangga di depan rumah menuju teras) suami yang sempurna, anak-anak yang tampil sangat memesona. Cat sangat iri pada bosnya, bahkan sempat menjadi stalker karena ingin sekali mencontoh Demeter, bos nya tersebut.
Cat tak berani jujur pada ayahnya, karena dia tahu ayahnya sangat membenci London dengan kesemrawutannya, ketergesaan orang-orangnya, dan dia lebih suka tinggal di desa. Ayahnya berharap Cat mau tinggal di desa bersamanya, dan ibu tirinya yang super baik. Apa jadinya jika Cat bercerita sesungguhnya tentang pemecatan dirinya?
Katie (karena pindah ke desa lagi, dia nggak lagi dipanggil Cat) panik! Dia mengecat rambut, berbicara dengan aksen desa yang kental (yang selama di London sudah berusaha dihilangkan dengan sempurna) dan surprise, surprise! Demeter tak mengenalinya! Katie pun beraksi dengan aksi balas dendamnya *tanduk mulai muncul* Namun seiring waktu yang dihabiskan Demeter di glamping milik Katie, Katie makin mengenal siapa bosnya. Dan ternyata kehidupan yang dikiranya sangat menyenangkan bagi Demeter, tidak demikian kenyataannya.
Cerita seorang wanita single, mencari peruntungan di kota besar, berharap kehidupannya makin membaik, sekaligus berharap mendapatkan cinta yang tulus. Kisah klasik, tapi tetap seru untuk diikuti. Sophie Kinsella masih menunjukkan giginya di dunia chiclit. Dan dia masih favorit saya.
My rating: 4 of 5 stars
“I think I’ve finally worked out how to feel good about life. Every time you see someone’s bright-and-shiny, remember: They have their own crappy truths too. Of course they do.”Hidup tidak selamanya seindah postingan di Instagram, atau Facebook, atau sosmed lainnya. Hidup itu ada manis, ada pahit, ada gurih, juga ada kecutnya. Namanya juga kehidupan, lengkap semua rasa yang ada. Namun bagi sebagian orang, menampilkan kehidupan yang naman, happy, selalu berlebihan, menjadi pilihan, meski semua orang juga tahu, tidak selamanya kehidupan itu di atas. Ada waktunya tergelincir ke bawah, merasakan pahit dan susahnya, ada juga saatnya di atas, menikmati segala kenikmatan yang diberikan Tuhan.
Tampaknya hal tersebut yang ingin disampaikan penulis kali ini. Berawal dari kisahnya Katie (yang sejak pindah ke London ingin mengubah jati dirinya dengan mengubah panggilan menjadi Cat) yang berusaha menjalani hidupnya yang terasa berat di London. Mungkin seperti halnya Jakarta bagi orang-orang yang tinggal di desa, London itu penuh dengan harapan. Semua orang sepertinya akan berhasil di sana. Apapun yang ingin dilakukan, London lah tempat berkarya. Begitu pun dengan Katie (eh, Cat. Sorry, Cat).
Cat ingin menjadi Londoner. Bekerja di sebuah kantor Humas, Cat memiliki seorang bos yang baginya terlihat hidup super nyaman dan bahagia. Rumah yang besar (lengkap dengan tangga di depan rumah menuju teras) suami yang sempurna, anak-anak yang tampil sangat memesona. Cat sangat iri pada bosnya, bahkan sempat menjadi stalker karena ingin sekali mencontoh Demeter, bos nya tersebut.
“She has amazing eyebrows. Some people are just granted amazing eyebrows, and she’s one of them.”Sementara Cat, cuma bisa mengabadikan suatu tempat, makanan (kadang makanan orang difoto) untuk diunggahnya di Instagram agar semua followernya mengetahui betapa hidupnya sangat indah dan patut di-iri-i (apa ini istilah di-iri-i) oleh siapapun. Namun sedihnya, sekuat apapun dia mencoba menjadi Londoner, Cat makin terpuruk, dan terpuruk hingga akhirnya palu godam menghantamnya saat Demeter memecatnya dengan sangat tidak sopan (menurut Cat). Membuahkan dendam membara dalam dirinya.
Cat tak berani jujur pada ayahnya, karena dia tahu ayahnya sangat membenci London dengan kesemrawutannya, ketergesaan orang-orangnya, dan dia lebih suka tinggal di desa. Ayahnya berharap Cat mau tinggal di desa bersamanya, dan ibu tirinya yang super baik. Apa jadinya jika Cat bercerita sesungguhnya tentang pemecatan dirinya?
“Because it’s human nature to hope for impossible things.”Di saat yang bersamaan, ibu tirinya berkeinginan membuat bisnis kemping. Dan Cat mengusulkan membuat glamping yang sedang hitz itu. Kemping dengan tenda dan kasur ala hotel, di bukit hijau yang luas dan hewan-hewan ternak yang bisa dijadikan program kegiatan selama glamping. Maka, dengan berdalih sedang mengambil cuti panjang, Cat balik ke desa, membangun bisnis orang tuanya, sambil terus mencari lowongan kerja di London. Semua baik-baik saja, hingga suatu hari Demeter datang bersama keluarganya.
Katie (karena pindah ke desa lagi, dia nggak lagi dipanggil Cat) panik! Dia mengecat rambut, berbicara dengan aksen desa yang kental (yang selama di London sudah berusaha dihilangkan dengan sempurna) dan surprise, surprise! Demeter tak mengenalinya! Katie pun beraksi dengan aksi balas dendamnya *tanduk mulai muncul* Namun seiring waktu yang dihabiskan Demeter di glamping milik Katie, Katie makin mengenal siapa bosnya. Dan ternyata kehidupan yang dikiranya sangat menyenangkan bagi Demeter, tidak demikian kenyataannya.
“Every time you see someone's bright-and-shiny, remember: They have their own crappy truths too. Of course they do. And every time you see your own crappy truth and feel despair and think, 'Is this my life?', remember: It's not. Everyone's got a bright-and-shiny, even if it's hard to find sometimes.”Banyak hal yang membuat Katie terkejut, dan bersimpati pada mantan bosnya. Belum lagi ternyata 'kepikunan' yang dialami Demeter bukan kepikunan biasa. Ada yang sengaja ingin membuatnya tampak demikian. Begitu banyak kah yang membenci Demeter selain dirinya? Apakah Katie harus membantunya?
Cerita seorang wanita single, mencari peruntungan di kota besar, berharap kehidupannya makin membaik, sekaligus berharap mendapatkan cinta yang tulus. Kisah klasik, tapi tetap seru untuk diikuti. Sophie Kinsella masih menunjukkan giginya di dunia chiclit. Dan dia masih favorit saya.
Thursday, September 08, 2016
Finding Audrey -- Sophie Kinsella
Finding Audrey by Sophie Kinsella
My rating: 4 of 5 stars
Tidak perlu ditanya dan diragukan, Sophie Kinsella adalah penulis favorit saya. Genrenya pas dengan selera, dan humornya dapet. Sejak baca seri shopaholic, saya jatuh cinta sama Kinsella dan sudah membaca (hampir) semua novel yang ditulisnya (kecuali saat dia menulis sebagai Madelaine Wickham, yang itu belum semua tandas).
Anyway, dari genre chiclit, kali ini Kinsella menulis di genre teen-lit. Finding Audrey adalah kisah seorang remaja yang mengalami gangguan kejiwaan. Bukan gila, tapi dia tidak bisa bertemu dengan orang lain. Bahkan menatap mata anggota keluarganya saja, Audrey tidak mampu. Maka setiap hari dia mengenakan kaca mata hitam: di dalam rumah, di jalan saat hujan, pokoknya kaca matanya tidak pernah lepas dari wajahnya.
Kisah Audrey mengingatkan saya pada drama Korea yang belum lama ini saya tonton, berjudul Heart to Heart. (Silahkan baca review saya di SINI). Di mana pemeran utamanya mengalami penyakit yang sama dengan Audrey, namun bukan memakai kaca mata hitam, melainkan memakai helm ke mana pun dia pergi.
Anyway, Audrey menjalani kehidupan dalam keluarga yang lumayan normal menurut saya. Ibu yang super rempong, ayah yang cuek, abang yang keranjingan computer games, dan adik balita yang lucu dan imut. Ibu dan abangnya selalu berseteru tentang computer games. Menurut ibunya, Frank sudah ketagihan. Tapi menurut Frank, itu adalah hobi. Tentu saja mereka berdua tidak menemukan jalan keluar, hingga suatu hari ibunya melakukan tindakan ekstrim untuk membuat Frank berhenti main games. Tapi justru itu membuat teman Frank, Linus, juga stop main ke rumahnya. Padahal dari beberapa pertemuannya dengan Linus, Audrey mulai merasa nyaman.
Tentu, pertemuan pertamanya dengan Linus tidak mulus. Namun karena Linus sangat pengertian dan nggak baperan anaknya, jadi lah pada akhirnya mereka dekat. Sesi pertemuan Audrey dengan psikolognya menunjukkan kemajuan dalam kasus Audrey. Dilanjutkan dengan pertemuan dengan Linus di Starbucks, kedekatan mereka membuka jalan bagi Audrey untuk bisa sembuh dari penyakitnya.
Namun saat Audrey sudah merasa sembuh, seseorang dari masa lalunya datang, dan mulai menggoyahkan kekuatannya. Audrey ingin menyelesaikan masalah di masa lalunya dengan menemui orang itu. Tetapi kedua orang tuanya tidak menyetujui, bahkan Linus melarangnya datang. Audrey tetap nekad dan datang bersama Frank.
Apa yang diharapkan Audrey dari pertemuan itu? Apakah dia akan bisa menyelesaikan masalah di masa lalunya melalui pertemuan tersebut? Yang Audrey temukan ternyata malah membuka matanya lebih lebar dan menyesal membuang waktu berharganya untuk orang tersebut.
Sophie Kinsella tidak kehilangan selera humornya dalam novel ini. Saya beberapa kali ngikik-ngikik sendiri ngebayangin adegan yang dia gambarkan di sini. Sangat natural dan mengalir. Saya suka! Mungkin Kinsella akan menulis genre young adult lagi? Ditunggu banget ;)
My rating: 4 of 5 stars
Tidak perlu ditanya dan diragukan, Sophie Kinsella adalah penulis favorit saya. Genrenya pas dengan selera, dan humornya dapet. Sejak baca seri shopaholic, saya jatuh cinta sama Kinsella dan sudah membaca (hampir) semua novel yang ditulisnya (kecuali saat dia menulis sebagai Madelaine Wickham, yang itu belum semua tandas).
Anyway, dari genre chiclit, kali ini Kinsella menulis di genre teen-lit. Finding Audrey adalah kisah seorang remaja yang mengalami gangguan kejiwaan. Bukan gila, tapi dia tidak bisa bertemu dengan orang lain. Bahkan menatap mata anggota keluarganya saja, Audrey tidak mampu. Maka setiap hari dia mengenakan kaca mata hitam: di dalam rumah, di jalan saat hujan, pokoknya kaca matanya tidak pernah lepas dari wajahnya.
Kisah Audrey mengingatkan saya pada drama Korea yang belum lama ini saya tonton, berjudul Heart to Heart. (Silahkan baca review saya di SINI). Di mana pemeran utamanya mengalami penyakit yang sama dengan Audrey, namun bukan memakai kaca mata hitam, melainkan memakai helm ke mana pun dia pergi.
Doc. Pribadi |
Tentu, pertemuan pertamanya dengan Linus tidak mulus. Namun karena Linus sangat pengertian dan nggak baperan anaknya, jadi lah pada akhirnya mereka dekat. Sesi pertemuan Audrey dengan psikolognya menunjukkan kemajuan dalam kasus Audrey. Dilanjutkan dengan pertemuan dengan Linus di Starbucks, kedekatan mereka membuka jalan bagi Audrey untuk bisa sembuh dari penyakitnya.
Namun saat Audrey sudah merasa sembuh, seseorang dari masa lalunya datang, dan mulai menggoyahkan kekuatannya. Audrey ingin menyelesaikan masalah di masa lalunya dengan menemui orang itu. Tetapi kedua orang tuanya tidak menyetujui, bahkan Linus melarangnya datang. Audrey tetap nekad dan datang bersama Frank.
Apa yang diharapkan Audrey dari pertemuan itu? Apakah dia akan bisa menyelesaikan masalah di masa lalunya melalui pertemuan tersebut? Yang Audrey temukan ternyata malah membuka matanya lebih lebar dan menyesal membuang waktu berharganya untuk orang tersebut.
Doc. Pribadi |
Sunday, April 20, 2014
Wedding Night -- Sophie Kinsella
Wedding Night by
Sophie Kinsella
My rating: 3 of 5 stars
Apa yang terjadi, jika adikmu memiliki kebiasaan impulsif? Tiap kali putus sama cowok yang sudah lama berhubungan dengannya, dia akan melakukan hal bodoh yang membuat sang kakak kebat-kebit dan ujung-ujungnya menjadi pemberes masalah.
Itulah yang terjadi pada Lottie. Lottie bukan perempuan bodoh, namun tiap kali hubungan percintaannya gagal, Lottie akan melakukan hal yang bodoh, seperti menato tubuhnya, atau semacamnya. Tinggallah Fliss, sang kakak yang akan membereskan urusan jika Lottie sudah kembali pada akal sehatnya.
Kali ini, kisah dimulai dengan Lottie yang menyangka bahwa dia akan dilamar oleh Richard, kekasihnya selama tiga tahun. Dia sudah mempersiapkan diri, menahan lidah untuk tidak membuat Richard grogi, bahkan membeli cincin untuk Richard, karena dia pikir, sungguh tidak adil cowok melamar dan harus memberikan cincin pula. At least, dia akan memberikan cincin untuk Richard agar kekasihnya itu juga mendapatkan hadiah.
Di restoran tempat mereka janjian, Lottie sudah sibuk dengan imajinasinya, plus membocorkan niat Richard untuk melamarnya pada tamu lain yang bertemu di toilet, padahal Richard BELUM mengatakan apapun. Dan akhirnya kekecewaan yang didapatkan Lottie yang sudah berpengharapan tinggi. Ternyata Richard tidak bermaksud melamarnya, bahkan rencana untuk menikah pun masih dalam angan-angan pria tersebut.
Lottie tak ingin memberitahu Fliss, kakaknya, karena malu. Dia malah mengalihkan pembicaraan bahwa dia ingin kuliah lagi, membuat Fliss curiga ada sesuatu yang tidak beres. Fliss yang sudah sangat mengenal karakter Lottie, merasa khawatir. Something would happen. Eventually.
Saat Ben, seorang pria dari masa lalunya datang, Lottie yang ingin mengubah takdir hidupnya, menerima lamarannya. Dalam dua minggu mereka akan menikah dan Fliss mengetahuinya sehari sebelum acara! Panik dan mengutuk dirinya karena lalai mengawasi Lottie karena masalah yang dihadapinya dalam rumah tangganya, Fliss berusaha sekuat tenaga untuk menggagalkan rencana tersebut.
Ketika hampir berhasil, partner kerja Ben, Lorcan, yang juga tak menyetujui rencana Ben, berusaha menggagalkan pernikahan tersebut. Namun bukannya berhasil, Lorcan malah membuat Ben langsung menculik Lottie dari kantornya ke kantor catatan sipil. Dalam hitungan jam, mereka pun menikah.
Kejadia selanjutnya cukup absurd, dimulai dari Fliss yang menyabotase malam pertama mereka, melakukan apapun asalkan mereka tidak melewatkan malam tersebut. Sementara Lottie dan Ben yang sudah dua minggu menahan diri, frustasi dengan malam pengantin mereka namun menemukan sesuatu yang berbeda saat bulan madu. Mereka jadi saling mengenal, tetapi juga saling menyadari bahwa mereka tak mengenal satu sama lainnya.
Lottie yang mulai menyadari kesalahannya, mengutuki kebodohannya dan berharap Fliss ada untuk membereskan semuanya. Yah, tipikal perempuan impulsif begini memang kali ya? Melakukan sesuatu tanpa mikir, ujung-ujungnya nyusahin orang.
Endingnya sih cukup bagus, dan sesuai dengan harapan. Namun sepanjang cerita cukup lelah dengan kebohongan-kebohongan yang disembunyikan karakter dalam novel ini. Memang jadi penasaran sih, endingnya gimana nih nanti, meskipun pasti yang jahat akan ketauan dan yang baik akan menang dan hidup bahagia. :p
Jujur, novel yang ini kurang impresif, karena biasanya saya selalu tertawa terpingkal-pingkal jika membaca novelnya mbak Sophie. Tetapi yang satu ini, saya sama sekali tidak tertawa bahkan tersenyum di awal cerita. Ada sih di tengah-tengah dan menjelang ending saya senyum atau nyengir, tapi nggak sepuas baca novel mbak Sophie yang lain :(
Meskipun demikian, saya akan terus memantau novel terbarunya Sophie Kinsella kok. Denger-denger, dia lagi lanjutin serial sophaholic. Semoga hasilnya nggak mengecewakan. Meanwhile, mo coba baca bukunya sebagai Madelline Wickham, ah! :)
My rating: 3 of 5 stars
Apa yang terjadi, jika adikmu memiliki kebiasaan impulsif? Tiap kali putus sama cowok yang sudah lama berhubungan dengannya, dia akan melakukan hal bodoh yang membuat sang kakak kebat-kebit dan ujung-ujungnya menjadi pemberes masalah.
Itulah yang terjadi pada Lottie. Lottie bukan perempuan bodoh, namun tiap kali hubungan percintaannya gagal, Lottie akan melakukan hal yang bodoh, seperti menato tubuhnya, atau semacamnya. Tinggallah Fliss, sang kakak yang akan membereskan urusan jika Lottie sudah kembali pada akal sehatnya.
Kali ini, kisah dimulai dengan Lottie yang menyangka bahwa dia akan dilamar oleh Richard, kekasihnya selama tiga tahun. Dia sudah mempersiapkan diri, menahan lidah untuk tidak membuat Richard grogi, bahkan membeli cincin untuk Richard, karena dia pikir, sungguh tidak adil cowok melamar dan harus memberikan cincin pula. At least, dia akan memberikan cincin untuk Richard agar kekasihnya itu juga mendapatkan hadiah.
Di restoran tempat mereka janjian, Lottie sudah sibuk dengan imajinasinya, plus membocorkan niat Richard untuk melamarnya pada tamu lain yang bertemu di toilet, padahal Richard BELUM mengatakan apapun. Dan akhirnya kekecewaan yang didapatkan Lottie yang sudah berpengharapan tinggi. Ternyata Richard tidak bermaksud melamarnya, bahkan rencana untuk menikah pun masih dalam angan-angan pria tersebut.
Lottie tak ingin memberitahu Fliss, kakaknya, karena malu. Dia malah mengalihkan pembicaraan bahwa dia ingin kuliah lagi, membuat Fliss curiga ada sesuatu yang tidak beres. Fliss yang sudah sangat mengenal karakter Lottie, merasa khawatir. Something would happen. Eventually.
Saat Ben, seorang pria dari masa lalunya datang, Lottie yang ingin mengubah takdir hidupnya, menerima lamarannya. Dalam dua minggu mereka akan menikah dan Fliss mengetahuinya sehari sebelum acara! Panik dan mengutuk dirinya karena lalai mengawasi Lottie karena masalah yang dihadapinya dalam rumah tangganya, Fliss berusaha sekuat tenaga untuk menggagalkan rencana tersebut.
Ketika hampir berhasil, partner kerja Ben, Lorcan, yang juga tak menyetujui rencana Ben, berusaha menggagalkan pernikahan tersebut. Namun bukannya berhasil, Lorcan malah membuat Ben langsung menculik Lottie dari kantornya ke kantor catatan sipil. Dalam hitungan jam, mereka pun menikah.
Kejadia selanjutnya cukup absurd, dimulai dari Fliss yang menyabotase malam pertama mereka, melakukan apapun asalkan mereka tidak melewatkan malam tersebut. Sementara Lottie dan Ben yang sudah dua minggu menahan diri, frustasi dengan malam pengantin mereka namun menemukan sesuatu yang berbeda saat bulan madu. Mereka jadi saling mengenal, tetapi juga saling menyadari bahwa mereka tak mengenal satu sama lainnya.
Lottie yang mulai menyadari kesalahannya, mengutuki kebodohannya dan berharap Fliss ada untuk membereskan semuanya. Yah, tipikal perempuan impulsif begini memang kali ya? Melakukan sesuatu tanpa mikir, ujung-ujungnya nyusahin orang.
Endingnya sih cukup bagus, dan sesuai dengan harapan. Namun sepanjang cerita cukup lelah dengan kebohongan-kebohongan yang disembunyikan karakter dalam novel ini. Memang jadi penasaran sih, endingnya gimana nih nanti, meskipun pasti yang jahat akan ketauan dan yang baik akan menang dan hidup bahagia. :p
Jujur, novel yang ini kurang impresif, karena biasanya saya selalu tertawa terpingkal-pingkal jika membaca novelnya mbak Sophie. Tetapi yang satu ini, saya sama sekali tidak tertawa bahkan tersenyum di awal cerita. Ada sih di tengah-tengah dan menjelang ending saya senyum atau nyengir, tapi nggak sepuas baca novel mbak Sophie yang lain :(
Meskipun demikian, saya akan terus memantau novel terbarunya Sophie Kinsella kok. Denger-denger, dia lagi lanjutin serial sophaholic. Semoga hasilnya nggak mengecewakan. Meanwhile, mo coba baca bukunya sebagai Madelline Wickham, ah! :)
Monday, September 23, 2013
The Wedding Girl -- Madeleine Wickham
The Wedding Girl
by Madeleine Wickham
My rating: 4 of 5 stars
I’ve seen this book for some time. Looking at the author’s name, I wanted to read it, but I couldn’t convince myself to buy the book at that time. I’m afraid the story would be disappointing. But still I’m curious, so I bought it, read it, and here’s what I think:
I LOVE IT!
This book is not the same as the other novels written under Sophie Kinsella’s name. This book was written using her real name. The story is not as light and funny, but still fun to read, though.
So, the story begins with Milly, when she was 18 years old, marrying an immigrant, Allan Kepinski, in order to help him stay in the country. Milly didn’t think about the risk and consider her action as a favor. She keeps it a secret from everybody, including her family. Nobody need to know about it.
Ten years later, Milly has changed. She is a grown up woman, so much in love with her fiancée, and about to get married. But when someone from the past comes around, and remembered her as a bride from the registry office, Milly panics. She realized that she’s still a Mrs. Kepinski. And she has to track Allan down to get divorce.
But tracking Allan is not as easy as she thought would be. The problems get more complex and other secrets start to reveal.
I love the conflicts and how everything turns out in the end. I feel sorry for Rupert (you gotta read it to know who he is).
But the ending makes me smile a little and makes me want to read another Madeleine Wickham’s books :)
by Madeleine Wickham
My rating: 4 of 5 stars
I’ve seen this book for some time. Looking at the author’s name, I wanted to read it, but I couldn’t convince myself to buy the book at that time. I’m afraid the story would be disappointing. But still I’m curious, so I bought it, read it, and here’s what I think:
I LOVE IT!
This book is not the same as the other novels written under Sophie Kinsella’s name. This book was written using her real name. The story is not as light and funny, but still fun to read, though.
So, the story begins with Milly, when she was 18 years old, marrying an immigrant, Allan Kepinski, in order to help him stay in the country. Milly didn’t think about the risk and consider her action as a favor. She keeps it a secret from everybody, including her family. Nobody need to know about it.
Ten years later, Milly has changed. She is a grown up woman, so much in love with her fiancée, and about to get married. But when someone from the past comes around, and remembered her as a bride from the registry office, Milly panics. She realized that she’s still a Mrs. Kepinski. And she has to track Allan down to get divorce.
But tracking Allan is not as easy as she thought would be. The problems get more complex and other secrets start to reveal.
I love the conflicts and how everything turns out in the end. I feel sorry for Rupert (you gotta read it to know who he is).
But the ending makes me smile a little and makes me want to read another Madeleine Wickham’s books :)
Monday, July 09, 2012
I've Got Your Number -- Sophie Kinsella
I've Got Your Number
by
Sophie Kinsella
My rating: 4 of 5 stars
As always, Kinsella selalu berhasil memenangkan tempat dihati saya. always love her books, always be her biggest fan.
Kisah diawali dgn Poppy yg kehilangan cincin pertunangannya, dan dari sana kisah bergulir dengan manis dan alurnya yg cukup cepat. banyak sekali kejadian2 tak terduga yang telah disiapkan penulis untuk para pembacanya dan saya harus mengacungkan jempol untuk plot dan gaya bertutur Kinsella yang khas.
Percakapan, bahkan pemikiran si karakter utama sering 'kena' banget, spt saat Poppy kehilangan handphonenya dan bgimana dia panik:
" what do i do without my phone? how do i function?.."
"my phone is my people. it's my friend. it's my family. it's my work. it's my world. it's everything. i feel like someone's wrenched my life support system away from me."
Saya ngaku saya terbahak2 membacanya. Lebay? Ember! Tapi sptnya itu yg saya jg bakal rasakan klo khilangan handphone. Panik dan gak rasional.
Anyway, spt halnya tokoh2 di novel Kinsella, si karakter utama (si gadis) adalah cewek biasa, gak ngerasa istimewa, baik hati, dan gak nyadar klo dia cantik. Sementara cowoknya ganteng, sukses di karir, happen to be available, dan jatuh cinta pd si gadis 'biasa'. Well, what's NOT to like from that? Afterall, that's the point of this genre, right? To make us believe in the fantasy & hope it will come true in our life. ya kaaann...?
So, to sum it up, I love this book and will surely read another book written by her. Yay, Kinsella! Good job :) many kudos for you..
My rating: 4 of 5 stars
As always, Kinsella selalu berhasil memenangkan tempat dihati saya. always love her books, always be her biggest fan.
Kisah diawali dgn Poppy yg kehilangan cincin pertunangannya, dan dari sana kisah bergulir dengan manis dan alurnya yg cukup cepat. banyak sekali kejadian2 tak terduga yang telah disiapkan penulis untuk para pembacanya dan saya harus mengacungkan jempol untuk plot dan gaya bertutur Kinsella yang khas.
Percakapan, bahkan pemikiran si karakter utama sering 'kena' banget, spt saat Poppy kehilangan handphonenya dan bgimana dia panik:
" what do i do without my phone? how do i function?.."
"my phone is my people. it's my friend. it's my family. it's my work. it's my world. it's everything. i feel like someone's wrenched my life support system away from me."
Saya ngaku saya terbahak2 membacanya. Lebay? Ember! Tapi sptnya itu yg saya jg bakal rasakan klo khilangan handphone. Panik dan gak rasional.
Anyway, spt halnya tokoh2 di novel Kinsella, si karakter utama (si gadis) adalah cewek biasa, gak ngerasa istimewa, baik hati, dan gak nyadar klo dia cantik. Sementara cowoknya ganteng, sukses di karir, happen to be available, dan jatuh cinta pd si gadis 'biasa'. Well, what's NOT to like from that? Afterall, that's the point of this genre, right? To make us believe in the fantasy & hope it will come true in our life. ya kaaann...?
So, to sum it up, I love this book and will surely read another book written by her. Yay, Kinsella! Good job :) many kudos for you..
Thursday, January 27, 2011
Mini Shopaholic -- Sophie Kinsella
Mini Shopaholic (Shopaholic, #6) by
Sophie Kinsella
My rating: 3 of 5 stars
Becky's life as a Mum. Saya pikir ceritanya bakal heboh dan gimanaaa gitu tentang Becky dan anaknya. Tapi ternyata inti cerita adalah bikin pesta kejutan buat Luke. Hmm...
Di sana-sini masih sih sesekali ketawa dan sedikit terhibur, tapi nggak se'ngakak' dulu ketawanya. Apakah gregetnya sudah luntur, atau emang ceritanya jd biasa?
I don't know. Tapi yang jelas kalo ada buku Sophie Kinsella, saya bisa pastikan akan baca lagi :)
My rating: 3 of 5 stars
Becky's life as a Mum. Saya pikir ceritanya bakal heboh dan gimanaaa gitu tentang Becky dan anaknya. Tapi ternyata inti cerita adalah bikin pesta kejutan buat Luke. Hmm...
Di sana-sini masih sih sesekali ketawa dan sedikit terhibur, tapi nggak se'ngakak' dulu ketawanya. Apakah gregetnya sudah luntur, atau emang ceritanya jd biasa?
I don't know. Tapi yang jelas kalo ada buku Sophie Kinsella, saya bisa pastikan akan baca lagi :)
Sunday, December 13, 2009
Twenties Girl -- Sophie Kinsella
Twenties Girl by Sophie Kinsella
My rating: 4 of 5 stars
Seperti biasa, novel kocak dan segar dari Kinsella. Buku yang lumayan tebal ini (435 halaman) diawali dengan adegan pemakaman seorang great-aunt dalam usia 105 tahun (nyebutnya apa ya adik dari nenek kita. nenek juga kali ya, atau Nenek Tante?) Anyway, si nenek yang meninggal ini bernama Sadie. Ketika peti mati akan dimasukkan ke dalam tempat kremasi (or whatever you call it), tiba-tiba terdengar suara yang hanya bisa didengar oleh Lara. Suara itu adalah suara hantunya Sadie, mencari kalung kesayangannya. Dari situlah dimulai petualangan mereka berdua; Lara & Sadie, mencari kalung Sadie yang hilang. Twenties Girl yang menjadi judul buku ini artinya gadis bergaya tahun 20-an (jadulers neh) bukan gadis usia 20-an.
Awalnya Lara menolak membantu, ditambah lagi bisnis head hunternya mengalami krisis sejak partner sekaligus sahabatnya pergi ke GOA untuk berlibur sementara dia harus menjalankan bisnis mereka tanpa pengalaman apapun. Tapi karena tanpa kalung itu Sadie tak akan bisa beristirahat dengan tenang dan akan terus menghantuinya, Lara tak memiliki pilihan lain dan membantu Sadie mencari kalungnya.
Dalam pencarian, tak hanya Sadie yang dibantu Lara, tapi Lara pun dibantu Sadie dalam hal kehidupan pribadinya. Begitupun bisnisnya kembali lancar setelah Sadie turun tangan. Kejadian-kejadian lucu dan dialog kocak mewarnai novel ini membuat saya (seperti biasa kalau membaca karya Kinsella) terngakak-ngakak sendiri lupa keadaan sekeliling. I don't care if they thought I'm mad, but I really love this book.
Lara yang merasa bersalah karena tak mengenal Sadie semasa hidupnya kini jadi lebih mengenal Nenek-Tantenya itu. Dan Sadie yang selalu berfikir dirinya bukan siapa-siapa, ternyata adalah bagian dari sejarah besar. Bagaimana cara Lara mengungkapkan siapa sesungguhnya Sadie? Cari tau di buku ini deh! It's a great book! Dan kisah roman antara Lara dan Ed? Ooh.. so cute! :)
Thursday, June 05, 2008
Remember me? - Sophie Kinsella
Remember Me? by Sophie Kinsella
My review
My rating: 3 of 5 stars
Menyalip dua buku yang sudah berbaris didepannya, lagi-lagi Sophie Kinsella dengan mudah memenangkan posisi terdepan. *what can I say? I just can't resist* ;)
Kisah diawali dengan kemalangan nasib Lexi yang baru menjadi karyawan dan pergi merayakan bonus yang diterima teman-temannya. Catet ya, bonus yang diterima teman-temannya, dia sendiri belum dapat bonus, krn masih anak baru. *cuci*
Di malam yang menyedihkan itu Lexi, yang berpenampilan kurang menarik dengan gigi yang berantakan dan kuku yang sering digigit, terpeleset ketika hendak menghentikan taksi dan bangun di sebuah tempat tidur rumah sakit. Tiga tahun kemudian, dengan rambut yang mengkilat, kuku terawat rapi, dan gigi yang rata. Wanita sempurna.
Apakah dia mengalami koma? Tidak.
Apakah dia mati suri? Tidak juga.
Yang terjadi adalah, Lexi mengalami amnesia yang menghilangkan ingatannya akan kejadian semasa hidupnya di tiga tahun terakhir.
Usaha Lexi mencari tahu siapa dirinya dan apa yang terjadi setelah malam yang menyedihkan itu, dan apa yang sudah menrubah dirinya menjadi wanita seperti sekarang, cukup seru untuk diikuti. Gaya penulisan Sophie Kinsella yang manis cukup menghibur saya ditengah-tengah membaca dua novel 'berat' dalam arti sebenarnya :)
But, I like it. And I would definitely read another book written by Kinsella.
View all my reviews.
My review
My rating: 3 of 5 stars
Menyalip dua buku yang sudah berbaris didepannya, lagi-lagi Sophie Kinsella dengan mudah memenangkan posisi terdepan. *what can I say? I just can't resist* ;)
Kisah diawali dengan kemalangan nasib Lexi yang baru menjadi karyawan dan pergi merayakan bonus yang diterima teman-temannya. Catet ya, bonus yang diterima teman-temannya, dia sendiri belum dapat bonus, krn masih anak baru. *cuci*
Di malam yang menyedihkan itu Lexi, yang berpenampilan kurang menarik dengan gigi yang berantakan dan kuku yang sering digigit, terpeleset ketika hendak menghentikan taksi dan bangun di sebuah tempat tidur rumah sakit. Tiga tahun kemudian, dengan rambut yang mengkilat, kuku terawat rapi, dan gigi yang rata. Wanita sempurna.
Apakah dia mengalami koma? Tidak.
Apakah dia mati suri? Tidak juga.
Yang terjadi adalah, Lexi mengalami amnesia yang menghilangkan ingatannya akan kejadian semasa hidupnya di tiga tahun terakhir.
Usaha Lexi mencari tahu siapa dirinya dan apa yang terjadi setelah malam yang menyedihkan itu, dan apa yang sudah menrubah dirinya menjadi wanita seperti sekarang, cukup seru untuk diikuti. Gaya penulisan Sophie Kinsella yang manis cukup menghibur saya ditengah-tengah membaca dua novel 'berat' dalam arti sebenarnya :)
But, I like it. And I would definitely read another book written by Kinsella.
View all my reviews.
Monday, March 31, 2008
Shopaholic and Baby (Shopaholic 5) -- Sophie Kinsella
Shopaholic & Baby (Shopaholic, #5)
by
Sophie Kinsella
My rating: 4 of 5 stars
Becky is pregnant! She enjoys her pregnancy very much. From choosing designer baby clothes, prams, and her celebrity obstetrician. But then everything starts to go wrong. Her obstetrician turns out to be Luke's ex-girlfriend and is going after him, Luke's company is in trouble, the store where Becky works is collapsing, and their dream house is sold to another family.
Will everything be okay for them and the baby?
I love Shopaholic series, a nice distraction from 'heavy material' I'm still reading. Guess I have to get back and finish Jane Eyre now ;)
My rating: 4 of 5 stars
Becky is pregnant! She enjoys her pregnancy very much. From choosing designer baby clothes, prams, and her celebrity obstetrician. But then everything starts to go wrong. Her obstetrician turns out to be Luke's ex-girlfriend and is going after him, Luke's company is in trouble, the store where Becky works is collapsing, and their dream house is sold to another family.
Will everything be okay for them and the baby?
I love Shopaholic series, a nice distraction from 'heavy material' I'm still reading. Guess I have to get back and finish Jane Eyre now ;)
Sunday, February 24, 2008
Shopaholic and Sister -- Sophie Kinsella
Shopaholic and Sister
by
Sophie Kinsella
My rating: 4 of 5 stars
As funny as I can remember. Once again, Becky Brandon (nee Bloomwood) hit the stores. This time during her ten months honeymoon. What she thought were little souveniers from their trip around the world, doesn't look little anymore when they get home, and they must struggle to find a place for twenty rols of China silk, two sets of dining table, two pairs of giraffes, and many more.
Just when Luke introduces her to the word 'budget', she met her sister. Well, half-sister but still. Becky wants to take her to shopphing, to melt the ice between them, but then Becky found something horrible about Jess. She hates shopping!
This book made me laugh and cry. I do! The scene where Becky has no one to tell her problems, her husband hates her, her best friend found a new friend. Or when Becky leads the protest against Luke's most important client, I gotta admit Sohie Kinsella really got me there.
My rating: 4 of 5 stars
As funny as I can remember. Once again, Becky Brandon (nee Bloomwood) hit the stores. This time during her ten months honeymoon. What she thought were little souveniers from their trip around the world, doesn't look little anymore when they get home, and they must struggle to find a place for twenty rols of China silk, two sets of dining table, two pairs of giraffes, and many more.
Just when Luke introduces her to the word 'budget', she met her sister. Well, half-sister but still. Becky wants to take her to shopphing, to melt the ice between them, but then Becky found something horrible about Jess. She hates shopping!
This book made me laugh and cry. I do! The scene where Becky has no one to tell her problems, her husband hates her, her best friend found a new friend. Or when Becky leads the protest against Luke's most important client, I gotta admit Sohie Kinsella really got me there.
Subscribe to:
Posts (Atom)