Showing posts with label sophie kinsella. Show all posts
Showing posts with label sophie kinsella. Show all posts

Sunday, June 16, 2019

I Owe You One -- Sophie Kinsella

I Owe You One -- Sophie Kinsella 

My rating: 3 of 5 stars

Seperti biasa, suka banget sama buku-buku Sophie Kinsella. Untuk selingan dari bacaan yang berat dan bikin mumet, a Kinsella is a great pick. Tapi lalu kenapa hanya kasih 3 bintang? Karena meski ceritanya ringan dan asik (as usual) I feel like missing something. Gregetnya kurang gitu lho. Kenapa ya?

Ide ceritanya sih oke banget! Karakternya juga ya lumayan kuat lah masing2 punya khasnya tersendiri. (Uncle Ned ngeselin sih, sumpah! Dia karakter gak penting di buku ini) Sedihnya buku yang ini gak bikin saya baca sambil ngakak-sampai-keluar-air-mata atau sedih-pilu-terasa-hampa. Biasanya buku Mbak Sophie selalu seru sampai begitu. Hiks... tapi yang ini nggak.

Fixie bisa dibilang tukang ikut campur. Kalo orang jaman now nyebutnya apa ya? Bukan kepo sih, karena kalo kepo tuh cuma pingin tau aja, sementara Fixie ini selain kepo, dia ikut campur ingin membereskan masalah. Nah, apa tuh sebutannya? Yang pasti sih ngeselin.

Trus romancenya aneh banget. Sebentar sama Ryan, trus sama Seb, trus setiap malem selama pacaran menghabiskan waktu bersama Seb, tetiba putus, eehhh balikan lagi! Tanpa penjelasan yang make sense. Seolah diburu2 buat selesai aja gt.

Anyway, meski demikian, ini tidak membuat saya kapok baca buku mbak Sophie. Saya akan selalu menanti-nanti tulisan dia
😉 semoga next book will be better. Semangat mbaknya!

Friday, March 23, 2018

My Not So Perfect Life -- Sophie Kinsella

My Not So Perfect Life, by Sophie Kinsella

My rating: 4 of 5 stars
“I think I’ve finally worked out how to feel good about life. Every time you see someone’s bright-and-shiny, remember: They have their own crappy truths too. Of course they do.”
Hidup tidak selamanya seindah postingan di Instagram, atau Facebook, atau sosmed lainnya. Hidup itu ada manis, ada pahit, ada gurih, juga ada kecutnya. Namanya juga kehidupan, lengkap semua rasa yang ada. Namun bagi sebagian orang, menampilkan kehidupan yang naman, happy, selalu berlebihan, menjadi pilihan, meski semua orang juga tahu, tidak selamanya kehidupan itu di atas. Ada waktunya tergelincir ke bawah, merasakan pahit dan susahnya, ada juga saatnya di atas, menikmati segala kenikmatan yang diberikan Tuhan.

Tampaknya hal tersebut yang ingin disampaikan penulis kali ini. Berawal dari kisahnya Katie (yang sejak pindah ke London ingin mengubah jati dirinya dengan mengubah panggilan menjadi Cat) yang berusaha menjalani hidupnya yang terasa berat di London. Mungkin seperti halnya Jakarta bagi orang-orang yang tinggal di desa, London itu penuh dengan harapan. Semua orang sepertinya akan berhasil di sana. Apapun yang ingin dilakukan, London lah tempat berkarya. Begitu pun dengan Katie (eh, Cat. Sorry, Cat).

Cat ingin menjadi Londoner. Bekerja di sebuah kantor Humas, Cat memiliki seorang bos yang baginya terlihat hidup super nyaman dan bahagia. Rumah yang besar (lengkap dengan tangga di depan rumah menuju teras) suami yang sempurna, anak-anak yang tampil sangat memesona. Cat sangat iri pada bosnya, bahkan sempat menjadi stalker karena ingin sekali mencontoh Demeter, bos nya tersebut.
“She has amazing eyebrows. Some people are just granted amazing eyebrows, and she’s one of them.”
Sementara Cat, cuma bisa mengabadikan suatu tempat, makanan (kadang makanan orang difoto) untuk diunggahnya di Instagram agar semua followernya mengetahui betapa hidupnya sangat indah dan patut di-iri-i (apa ini istilah di-iri-i) oleh siapapun. Namun sedihnya, sekuat apapun dia mencoba menjadi Londoner, Cat makin terpuruk, dan terpuruk hingga akhirnya palu godam menghantamnya saat Demeter memecatnya dengan sangat tidak sopan (menurut Cat). Membuahkan dendam membara dalam dirinya.

Cat tak berani jujur pada ayahnya, karena dia tahu ayahnya sangat membenci London dengan kesemrawutannya, ketergesaan orang-orangnya, dan dia lebih suka tinggal di desa. Ayahnya berharap Cat mau tinggal di desa bersamanya, dan ibu tirinya yang super baik. Apa jadinya jika Cat bercerita sesungguhnya tentang pemecatan dirinya?
“Because it’s human nature to hope for impossible things.”
Di saat yang bersamaan, ibu tirinya berkeinginan membuat bisnis kemping. Dan Cat mengusulkan membuat glamping yang sedang hitz itu. Kemping dengan tenda dan kasur ala hotel, di bukit hijau yang luas dan hewan-hewan ternak yang bisa dijadikan program kegiatan selama glamping. Maka, dengan berdalih sedang mengambil cuti panjang, Cat balik ke desa, membangun bisnis orang tuanya, sambil terus mencari lowongan kerja di London. Semua baik-baik saja, hingga suatu hari Demeter datang bersama keluarganya.

Katie (karena pindah ke desa lagi, dia nggak lagi dipanggil Cat) panik! Dia mengecat rambut, berbicara dengan aksen desa yang kental (yang selama di London sudah berusaha dihilangkan dengan sempurna) dan surprise, surprise! Demeter tak mengenalinya! Katie pun beraksi dengan aksi balas dendamnya *tanduk mulai muncul* Namun seiring waktu yang dihabiskan Demeter di glamping milik Katie, Katie makin mengenal siapa bosnya. Dan ternyata kehidupan yang dikiranya sangat menyenangkan bagi Demeter, tidak demikian kenyataannya.
“Every time you see someone's bright-and-shiny, remember: They have their own crappy truths too. Of course they do. And every time you see your own crappy truth and feel despair and think, 'Is this my life?', remember: It's not. Everyone's got a bright-and-shiny, even if it's hard to find sometimes.” 
Banyak hal yang membuat Katie terkejut, dan bersimpati pada mantan bosnya. Belum lagi ternyata 'kepikunan' yang dialami Demeter bukan kepikunan biasa. Ada yang sengaja ingin membuatnya tampak demikian. Begitu banyak kah yang membenci Demeter selain dirinya? Apakah Katie harus membantunya?

Cerita seorang wanita single, mencari peruntungan di kota besar, berharap kehidupannya makin membaik, sekaligus berharap mendapatkan cinta yang tulus. Kisah klasik, tapi tetap seru untuk diikuti. Sophie Kinsella masih menunjukkan giginya di dunia chiclit. Dan dia masih favorit saya.

Thursday, September 08, 2016

Finding Audrey -- Sophie Kinsella

 Finding Audrey by Sophie Kinsella

My rating: 4 of 5 stars

Tidak perlu ditanya dan diragukan, Sophie Kinsella adalah penulis favorit saya. Genrenya pas dengan selera, dan humornya dapet. Sejak baca seri shopaholic, saya jatuh cinta sama Kinsella dan sudah membaca (hampir) semua novel yang ditulisnya (kecuali saat dia menulis sebagai Madelaine Wickham, yang itu belum semua tandas).

Anyway, dari genre chiclit, kali ini Kinsella menulis di genre teen-lit. Finding Audrey adalah kisah seorang remaja yang mengalami gangguan kejiwaan. Bukan gila, tapi dia tidak bisa bertemu dengan orang lain. Bahkan menatap mata anggota keluarganya saja, Audrey tidak mampu. Maka setiap hari dia mengenakan kaca mata hitam: di dalam rumah, di jalan saat hujan, pokoknya kaca matanya tidak pernah lepas dari wajahnya.

Kisah Audrey mengingatkan saya pada drama Korea yang belum lama ini saya tonton, berjudul Heart to Heart. (Silahkan baca review saya di SINI). Di mana pemeran utamanya mengalami penyakit yang sama dengan Audrey, namun bukan memakai kaca mata hitam, melainkan memakai helm ke mana pun dia pergi.

Doc. Pribadi
Anyway, Audrey menjalani kehidupan dalam keluarga yang lumayan normal menurut saya. Ibu yang super rempong, ayah yang cuek, abang yang keranjingan computer games, dan adik balita yang lucu dan imut. Ibu dan abangnya selalu berseteru tentang computer games. Menurut ibunya, Frank sudah ketagihan. Tapi menurut Frank, itu adalah hobi. Tentu saja mereka berdua tidak menemukan jalan keluar, hingga suatu hari ibunya melakukan tindakan ekstrim untuk membuat Frank berhenti main games. Tapi justru itu membuat teman Frank, Linus, juga stop main ke rumahnya. Padahal dari beberapa pertemuannya dengan Linus, Audrey mulai merasa nyaman.

Tentu, pertemuan pertamanya dengan Linus tidak mulus. Namun karena Linus sangat pengertian dan nggak baperan anaknya, jadi lah pada akhirnya mereka dekat. Sesi pertemuan Audrey dengan psikolognya menunjukkan kemajuan dalam kasus Audrey. Dilanjutkan dengan pertemuan dengan Linus di Starbucks, kedekatan mereka membuka jalan bagi Audrey untuk bisa sembuh dari penyakitnya.

Namun saat Audrey sudah merasa sembuh, seseorang dari masa lalunya datang, dan mulai menggoyahkan kekuatannya. Audrey ingin menyelesaikan masalah di masa lalunya dengan menemui orang itu. Tetapi kedua orang tuanya tidak menyetujui, bahkan Linus melarangnya datang. Audrey tetap nekad dan datang bersama Frank.

Apa yang diharapkan Audrey dari pertemuan itu? Apakah dia akan bisa menyelesaikan masalah di masa lalunya melalui pertemuan tersebut? Yang Audrey temukan ternyata malah membuka matanya lebih lebar dan menyesal membuang waktu berharganya untuk orang tersebut.

Doc. Pribadi
Sophie Kinsella tidak kehilangan selera humornya dalam novel ini. Saya beberapa kali ngikik-ngikik sendiri ngebayangin adegan yang dia gambarkan di sini. Sangat natural dan mengalir. Saya suka! Mungkin Kinsella akan menulis genre young adult lagi? Ditunggu banget ;)

Sunday, April 20, 2014

Wedding Night -- Sophie Kinsella

Wedding Night by



Monday, September 23, 2013

The Wedding Girl -- Madeleine Wickham


by



I’ve seen this book for some time. Looking at the author’s name, I wanted to read it, but I couldn’t convince myself to buy the book at that time. I’m afraid the story would be disappointing. But still I’m curious, so I bought it, read it, and here’s what I think:

I LOVE IT!

This book is not the same as the other novels written under Sophie Kinsella’s name. This book was written using her real name. The story is not as light and funny, but still fun to read, though.

So, the story begins with Milly, when she was 18 years old, marrying an immigrant, Allan Kepinski, in order to help him stay in the country. Milly didn’t think about the risk and consider her action as a favor. She keeps it a secret from everybody, including her family. Nobody need to know about it.

Ten years later, Milly has changed. She is a grown up woman, so much in love with her fiancée, and about to get married. But when someone from the past comes around, and remembered her as a bride from the registry office, Milly panics. She realized that she’s still a Mrs. Kepinski. And she has to track Allan down to get divorce.

But tracking Allan is not as easy as she thought would be. The problems get more complex and other secrets start to reveal.

I love the conflicts and how everything turns out in the end. I feel sorry for Rupert (you gotta read it to know who he is).

But the ending makes me smile a little and makes me want to read another Madeleine Wickham’s books :)

Monday, July 09, 2012

I've Got Your Number -- Sophie Kinsella

by



Thursday, January 27, 2011

Mini Shopaholic -- Sophie Kinsella

by



Sunday, December 13, 2009

Twenties Girl -- Sophie Kinsella


Twenties Girl by



Thursday, June 05, 2008

Remember me? - Sophie Kinsella

Remember Me? by Sophie Kinsella

My review


My rating: 3 of 5 stars

Menyalip dua buku yang sudah berbaris didepannya, lagi-lagi Sophie Kinsella dengan mudah memenangkan posisi terdepan. *what can I say? I just can't resist* ;)

Kisah diawali dengan kemalangan nasib Lexi yang baru menjadi karyawan dan pergi merayakan bonus yang diterima teman-temannya. Catet ya, bonus yang diterima teman-temannya, dia sendiri belum dapat bonus, krn masih anak baru. *cuci*

Di malam yang menyedihkan itu Lexi, yang berpenampilan kurang menarik dengan gigi yang berantakan dan kuku yang sering digigit, terpeleset ketika hendak menghentikan taksi dan bangun di sebuah tempat tidur rumah sakit. Tiga tahun kemudian, dengan rambut yang mengkilat, kuku terawat rapi, dan gigi yang rata. Wanita sempurna.

Apakah dia mengalami koma? Tidak.

Apakah dia mati suri? Tidak juga.

Yang terjadi adalah, Lexi mengalami amnesia yang menghilangkan ingatannya akan kejadian semasa hidupnya di tiga tahun terakhir.

Usaha Lexi mencari tahu siapa dirinya dan apa yang terjadi setelah malam yang menyedihkan itu, dan apa yang sudah menrubah dirinya menjadi wanita seperti sekarang, cukup seru untuk diikuti. Gaya penulisan Sophie Kinsella yang manis cukup menghibur saya ditengah-tengah membaca dua novel 'berat' dalam arti sebenarnya :)

But, I like it. And I would definitely read another book written by Kinsella.

View all my reviews.

Monday, March 31, 2008

Shopaholic and Baby (Shopaholic 5) -- Sophie Kinsella

by



Sunday, February 24, 2008

Shopaholic and Sister -- Sophie Kinsella

by