Friday, May 20, 2005

Bawang dan Kesuna = Onion and Garlic -- Made Taro

Bawang dan Kesuna -- Made Taro

Deskripsi buku:

Bawang dan Kesuna = Onio and Garlic -- Made Taro

Buku dwi-bahasa yang berkisah tentang dua orang bersaudara, Bawang dan Kesuna. Mereka memiliki sifat yang berbeda, Bawang pemalas dan jahat, tetapi Kesuna rajin dan jujur. Orang tua mereka lebih menyayangi Bawang karena Bawang pandai berpura-pura. Suatu hari orang tua mereka mengusir Kesuna dan melarangnya untuk pulang kembali.


Review:

Di Bali dongeng ini mempunyai dua versi. Yang diceritakan disini berasal dari desa Sengkidu, sebelah timur Denpasar. Dalam versi Kalimantan Selatan, tokoh yang baik ditinggalkan di hutan oleh ibunya. Versi Jawa dongeng ini berjudul Bawang Merah dan Bawang Putih. Dongeng ini amat popular dari generasi ke generasi. Bahkan sekarang dibuatkan sinetron oleh salah satu stasiun TV. Meskipun versi sinetron berbeda jauh dari versi dongengnya yang asli, namun itu menunjukkan betapa dongeng klasik dari Indonesia masih mampu menarik perhatian publik. Dongeng ini secara keseluruhan ada 22 versi. Dan semua bisa dibaca dalam disertasi yang ditulis oleh Murti Bunanta: Problematika Penulisan Cerita Rakyat.

Dalam kisah ini, Bawang Merah adalah Bawang, dan Bawang Putih adalah Kesuna. Mereka adalah dua orang bersaudara yang tinggal bersama kedua orang tuanya. Bawang dan Kesuna punya sifat yg jauh berbeda. Bawang adalah seorang yang pemalas dan tidak suka bekerja keras. Ia juga iri hati dan suka memfitnah. Kesuna adalah seorang yang pendiam, jujur dan rajin bekerja. Hampir semua pekerjaan rumah Kesuna yang mengerjakan, namun karena Bawang pandai mengambil hati orang tuanya, maka Bawang yang disayang oleh mereka.

Pada suatu hari ayah mereka ke sawah dan ibu ke pasar. Kesuna meminta bantuan Bawang untuk mengerjakan pekerjaan rumah, namun Bawang selalu menolak. Akhirnya Kesuna mengerjakan semuanya sendiri. Setelah semua beres ia pun pergi ke sungai untuk mandi. Ketika Kesuna masih di sungai, ibu mereka pulang, dan Bawang cepat-cepat melumuri badannya dengan abu dan mengatakan bahwa dia seharian kerja dan Kesuna kerjanya hanya bermain saja tidak mau menolongnya.

Ketika Kesuna kembali dari sungai, ibunya memukulnya dengan sapu lidi dan mengusir Kesuna. Kesuna yang sedih pergi ke hutan dan menangis. Disana banyak burung cerukcuk kuning. Kesuna berkata:

"Cerukcuk kuning, cerukcuk kuning
Patuklah ubun-ubunku
Biar aku cepat mati"


Burung cerukcuk itu hinggap dikepalanya kemudian mematuk ubun-ubun Kesuna. Kesuna mengira ubun-ubunnya telah terluka, tapi ternyata dikepalanya terpasang rangkaian bunga emas. Burung itu mendekat dan mematuk leher, dan tumbuhlah kalung emas. Kemudian burung itu mematuk telinga, pergelangan tangan dan kaki, jari-jemari, dan tumbuhlah anting-anting, gelang, dan cincin berlian.

Kesuna menyadari bahwa ia telah ditolong oleh burung cerukcuk tersebut. Maka ia pun memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Namun sesampainya dirumah, keluarganya tidak mau menerimanya kembali. Lalu Kesuna kerumah neneknya, yang menerimanya dengan senang hati karena menyangka cucunya tersebut telah mati.

Pada suatu hari datanglah Bawang meminta api ke neneknya. Lalu Bawang melihat Kesuna sedang memintal. Bawang melihat perhiasan Kesuna yang banyak dia pun meminta setangkai bunga emas. Karena Bawang dulu pernah memfitnahnya, Kesuna tidak mau memberikannya. Bawang pulang menangis dan memceritakan ke orang tuanya bahwa Kesuna sudah pulang.

Lama-kelamaan Bawang dan orang tuanya tahu rahasia perhiasan yang dikenakan Kesuna. Lalu Bawang pura-pura dimarahi orang tuanya, dan diusir. Bawang pura-pura menangis pergi ke hutan. Ketika bertemu burung cerukcuk, Bawang menyuruhnya mematuk sekujur tubuhnya:

"Cerukcuk kuning, cerukcuk kuning
Patuklah ubun-ubunku, telingaku,
Leherku, tanganku, kakiku, jari-jariku,
Sekujur tubuhku.
Biar tubuhku penuh emas berlian"


Burung cerukcuk hinggap ditubuh Bawang dan mematuknya. Namun bukan emas berlian yang tumbuh, melainkan luka parah disekujur tubuhnya. Bawangpun mati ditempat itu juga. Kejahatan dan keserakahan Bawang mengakibatkan petaka baginya.

2 comments:

Anonymous said...

saya mengajar bahasa indonesia di Jepang, dan sedang memakai buku untuk pembacaan. Buku ini betul bagus karena cerita ini terkenal sebagai cerita rakyat, dan kita bisa mengetahui bagaimana kehidupan di Bali juga.
Saya sendiri ibunya 3 anak yang kecil, paling besar 5 tahun dan terkecil baru jadi satu tahun.
Menarik sekali blog ini. Terika kasih.

ketut said...

Terima kasih banyak saya ucapkan untuk cerita ini. mengingatkan saya waktu kecil sering di ceritain cerita ini oleh nenek saya. Saya mau tanya, apa boleh cerita ini saya bikin ke film kartun? saya asli Bali dan tinggal di Norwegia, ada minat untuk bikin film kartun dan mengambil dari dongeng anak-anak ( dari Indonesia/ Bali ). terima kasih saya ucapkan kalau memang saya di ijinkan dengan permintaan saya di atas.