Sunday, March 16, 2014

Bel Canto -- Ann Patchett

Bel Canto by



Novel yang seru.

Awalnya merasa gentar karena tebalnya (dan lusuhnya) novel ini. Tapi di dalamnya ada pesan untuk si pemilik buku dari sahabatnya, "M, enjoy. I found it to be a page turner! Happy birthday. Escape with a good book. Love, H." Pesan itu menggelitik rasa ingin tahu saya, dan saya bawa pulang lah buku ini ke rumah.

Kisahnya berawal dari pesta. Pesta yang cukup unik, yaitu pesta ulang tahun di Spanyol, yang diadakan di rumah wakil presiden Spanyol, untuk merayakan ulang tahun seorang pengusaha asal Jepang, dengan harapan beliau akan investasi di negara Spanyol. Ceileee... serius amat ya ngejaring investor :D

Tapi lucunya, presiden negara itu tidak hadir ke pesta karena alasan yang menurut kita sepele, namun menurut presiden sangat penting, yaitu: tidak bisa tertinggal episode telenovela yang sedang diikutinya. Pokoknya hari Selasa adalah hari telenovelanya dia. Titik! Dan itu bukan rahasia lagi di kalangan pejabat pemerintah. Namun mereka semua menutupinya dengan mengatakan mengurusi masalah ini lah! Itu lah! Hingga akhirnya semua itu terbongkar saat teroris datang mengambil alih pesta.

Mereka ingin menyandera presiden. Ketika preseiden yang memiliki keturunan Jepang itu tidak muncul, wakil presiden tak memiliki alasan lain selain mengatakan yang sebenarnya, bahwa presiden tidak hadir di pesta karena menonton telenovela, di mana malam itu adalah penentuan si Maria yang tertangkap bisa bebas atau tidak. (Maria Mercedes, kah? Emang ada kisah tangkap-tangkapannya? *Mencoba mengingat*)

Seorang negosiator didatangkan untuk menanyakan tuntutan para teroris. Negosiator yang sebenarnya datang ke negara tersebut dalam rangka liburan, menjalankan tugasnya dengan setengah hati. Hanya dia di kisah ini yang memiliki kebebasan untuk keluar dan masuk rumah itu kapan saja. Para jendral teroris yang tak mendapatkan sasaran awal mereka, lalu menuntut hal lain seperti pembebasan teman-teman atau saudara-saudara mereka yang di penjara.

Pemeritah menolak tuntutan mereka, malah balik mengirimkan tuntutan pada para teroris. Akhirnya para wanita, anak-anak, pelayan, orang sakit pun dibebaskan dari rumah tersebut. Kecuali Roxanne Coss, seorang penyanyi opera yang diundang ke pesta untuk menyanyi.

Keadaan pun berubah dari menegangkan, menjadi lebih longgar bahkan cenderung lucu dan kocak. Pertama si wakil presiden yang merasa sebagai tuan rumah mulai beberes (nyapu, ngepel, bahkan nyuciin baju tamu-tamunya) karena pelayannya semua dipulangin. Lalu si pengusaha Jepang yang berulang tahun merasa bersalah karena para tamu ini tersandera karena pestanya dia, sementara dia nggak bermaksud invest di negara itu juga sebenarnya.

Lalu para sandera lain yang merasakan cinta mendalam pada si penyanyi opera, bahkan nekad menyatakan cinta meskipun di rumah ada istri dan 5 anak! Trus kisah cinta backstreet antara teroris dan sandera (back cupboard kali yah tepatnya, karena mereka janjian ketemuannya di lemari penyimpanan piring gitu).

Penyanderaan yang berlangsung selama 4,5 bulan itu pun membuat mereka saling respek dan terjalin pertemanan antara teroris yang masih berusia muda dengan para sandera yang berusia lebih tua. Bahkan si wakil presiden berpikir untuk mengangkat anak salah satu teroris. Pembaca pun menjadi simpatik bahkan berpihak pada teroris.

Endingnya? Hmmm... Seperti akhir cerita penyanderaan manapun, kisah ini pun tidak jauh berbeda. Seperti halnya dalam hidup, tidak semua yang diharapkan akan terwujud.

Kuranngya, novel ini meskipun katanya terinspirasi dari kisah nyata, tapi ada yang seperti berlebihan ya, misalnyalah ada kursus nyanyi, tanding catur, trus masak bareng, main bola bareng juga, kok kayaknya absurd banget. Tapi yah, ini kan karya fiksi, boleh-boleh aja dong penulisnya berimajinasi seliar apapun? :D

Saya kasih 5 bintang, karena saya sendiri sepertinya tidak akan bisa berimajinasi seliar Mpok Ann Patchett.

No comments: