Tuesday, December 23, 2014

I Find It in Your Eyes -- Sabrina Zee

I Find It in Your Eyes 
by Sabrina Zee

My rating: 4 of 5 stars.

Wow, buku yang sangat tebal! Ketika pertama kali  menerima kiriman buku ini, itu yang terlintas dalam benak saya. Saya buka-buka halamannya *sambil menghirup wangi kertas* dan melihat tulisannya, terus terang sedikit gentar karena tulisannya rapat-rapat pula. Bagaimana menyelesaikannya ini? Tapi ternyata, ceritanya asik. Malah saya tidak bisa berhenti baca kalau sudah mulai. Ini baca berhari-hari juga karena diselingi dengan melakukan tugas-tugas ibu rumah tangga (ngaduk semen, masang keramik, nambal genteng bocor) kalau baca terus, pasti selesai dalam dua hari, karena serunya cerita di novel ini.

Jadi nih, ceritanya tentang Michael dan Clara. Michael nih playboy kelas kakap. Dia ganteng, populer, dan disukai banyak cewek di sekolahnya. Pokoknya reputasinya sudah tersebar luas lah sebagai seorang playboy. Kelemahannya cuma satu, dia tidak mampu menolak permintaan cewek-cewek penggemarnya untuk menjadi pacar mereka. Makanya pacarnya banyak. Namun Michael juga tidak serius dengan mereka. Kepribadian cewek-cewek yang menjadi pacarnya (lalu berubah status menjadi mantan) itu sungguh negatif, makanya dia putusin lah mereka. Begitu terus, dia bergonta-ganti pasangan seperti ganti baju.

Adalah seorang Clara, juara umum, pastinya pintar, dan rajin. Dia tidak menyukai Michael karena kelakuannya tersebut. Suatu hari Clara membuat Michael kesal karena ikut campur dan memarahinya soal sifat keplayboyannya (ada ya istilah itu?) tanpa diduga-duga, Michael mencium pipi Clara dan membuat gadis itu marah. Namun karena Clara gadis yang sopan, dia tidak membalas Michael.

Suatu hari, salah seorang temannya, Reggie, menantangnya untuk mendekati Clara dan membuat gadis itu jatuh cinta padanya. Terlepas dari ketidaksetujuan Bob, sahabatnya, Michael yang tidak mau reputasinya diragukan, menyetujui dan mulai menjalankan aksinya. Lagipula Clara sudah membuatnya kesal dengan memarahinya soal membuat Sharon (salah satu mantannya) menangis. Padahal Clara nggak deket juga sama Sharon. Ah, kalau dipikir-pikir, memang Clara aja kepo ya?

Michael mulai mendekati Clara. Awalnya dia meminta maaf karena sudah mencium pipinya di koridor sekolah, dan meminta Clara untuk menjadi guru lesnya karena Michael sudah terancam tidak lulus sementara mereka sudah kelas 3 SMA. Clara yang baik hati dan tidak sombong pun mau memaafkan dan mau membantu Michael dalam pelajarannya. Tanpa curiga kalau itu semua hanya taktik Michael untuk bisa dekat dengan Clara dan memenangi taruhan dengan teman-temannya bahwa dia bisa membuat Clara jatuh cinta padanya.

Di hari pertamanya les di rumah Clara, menemukan fakta-fakta emngejutkan tentang gadis itu. Clara sangat bertolak belakang dengannya. Gadis itu rajin, pintar, dan membiayai les piano sendiri dengan bekerja menyulam kaos. Sementara Michael pemalas, dan apa-apa tinggal minta ke ortu. Tanpa disadari, tumbuh perasaan kagum pada gadis itu.

Vanessa adalah sahabat Clara sejak kecil. Dia cantik, kaya, punya segalanya deh. Dia naksir Michael sejak SMP tapi tidak berani mendekati cowok itu. Hanya mengagumi dari jauh saja. Melihat Clara dan Michael makin dekat, dia cemburu. Namun Clara sudah berusaha agar Vanessa mau bergabung agar bisa dekat dengan Michael. Vanessa yang terlalu takut, menolak dan hanya bisa memendam perasaan marah dan cemburunya dalam hati.

Seiring waktu berjalan, dalam hati keduanya mulai tumbuh perasaan cinta. Namun karena belum pernah jatuh cinta (meski pun playboy, Michael juga belum pernah jatuh cinta) keduanya tidak mengetahui hal tersebut. Sementara Clara kan kerjaannya belajar aja, mana sempat jatuh cinta di tengah kesibukannya mencari uang untuk les piano? Yang mereka tahu, mereka selalu ingin bertemu dan merasa nyaman jika bersama. Namun kejadian demi kejadian menimpa Clara: ayahnya meninggal, Clara juga mengetahui soal taruhan itu, dan keganasan mantan Michael yang bernama Sharon terhadapnya, sehingga membuat keduanya harus berpisah. Clara dinyatakan meninggal, dan Michael membawa luka di hatinya ke luar negeri. Untuk melanjutkan studi dan berusaha melupakan masa lalunya.

Delapan tahun berlalu, rupanya tak membuat Michael melupakan Clara yang dicintainya dengan tulus. Michael masih berduka atas kematian Clara, dan tidak pernah lagi berkencan dengan gadis mana pun. Dia merasa jiwanya sudah terbawa Clara ke alam sana. Tak ada semangat menjadi playboy lagi, yang ada dalam benaknya hanyalah kerja, kerja, dan kerja.

Hingga suatu hari Michael melihat sosok yang sangat mirip Clara. Benarkah itu Clara? Tapi bukankah dia sudah meninggal? Kenapa mereka mirip sekali?

Wah, pokoknya dijamin nggak bisa naro buku ini sebelum kelar, deh! Makanya buat yang punya PR, kerjain dulu PR nya. Yang punya kerjaan, selesaikan dulu pekerjaannya. Karena novel ini akan menyedot perhatian dan waktumu.

Sangat direkomendasi untuk penyuka chiclit. Dan saya sudah lama tidak bereaksi saat membaca novel. Sementara saat baca ini saya sempat terkejut, ikutan sedih, pingin nangis juga. Lengkap deh. Jangan gentar dengan ketebalannya, sebab novel ini memberikan kepuasan setelah selesai membacanya. Jalinan ceritanya terangkai dengan manis, dan tak ada plot hole. Semua pertanyaan terjawab, semua permasalahan terpecahkan. Endingnya juga bikin saya narik napas lega, dan tanpa sadar saya tersenyum senang dengan akhir ceritanya.

Jempol untuk mbak penulisnya. Salut karena berhasil menerbitkan novel perdananya yang sungguh luar biasa ini. Kok bisa sih mbak, nulis novel setebal ini dengan cerita yang begitu indah? Itu kata-kata dapat dari mana? Hehehe... Sekali lagi, thank you for writing a good story dan ditunggu novel selanjutnya. Saya pasti akan berburu giveawaynya lagi *penganut gratisan garis keras*


**

Link Review ini di Goodreads: https://www.goodreads.com/review/show/1134820976

1 comment:

Sabrina said...

Makasih reviewnya, mba sylvia :D hehehe... Senang sekali bisa menghibur. *nangis terharu