Wednesday, May 27, 2015

Berikutnya Kau yang Mati -- Arie F. Rofian

Berikutnya Kau yang Mati
Arie F. Rofian

My rating: 3 of 5 stars

Terus terang saya maju mundur mau baca buku ini. Bagaimana nggak, covernya sudah membuat gentar si penakut ini. Tapi lalu rasa penasaran mengalahkan rasa takut maka saya pun membuka halaman pertama. Rada serem sih, soalnya bakal ada sosok anak kecil gondrong gitu yang menghantui. Tapi ternyata chapter pertama pun terlewati dengan selamat *fiuh*

Melanjutkan dengan chapter kedua, ternyata ceritanya beda dari chapter pertama. Bingung, karena saya pikir ini novel utuh, tapi ternyata bukan. Tapi bukan juga kumpulan cerita karena antara cerita yang satu dengan yang lain masih ada keterkaitan. Baiklah akan saya bahas satu persatu cerita seram di dalam buku ini.

Jembatan gantung

Ini cerita mahasiswa yang mengadakan makrab alias malam keakraban untuk mahasiswa baru. Panitia menyiapkan segala sesuatu untuk kelancaran acara tersebut. Namun ketua panitia mulai mengalami mimpi buruk saat ditentukan akan menggunakan jembatan gantung sebagai rute acara. Mimpi seram yang melibatkan seorang bocah gondrong tersebut membuatnya ketakutan. Dalam mimpinya, mereka semua akan mengalami kecelakaan di jembatan gantung tersebut.

Sahabat selamanya

Seorang biker yang sedang touring keliling Jawa mendapat titipan surat untuk diberikan pada mahasiswa di cerita pertama. Nah, di sini diceritakan dari sudut pandang si biker yang sebenarnya merasa berat mengantarkan surat tersebut meski pun arah touringnya ke sana. Di tengah perjalanan, sebuah kejadian menimpanya sehingga surat tersebut tak pernah sampai pada sang mahasiswa. Endingnya rada serem, tapu kalau dipikir-pikir lagi agak aneh. Gimana Roni yang dianggap sudah menjadi mayat itu ngajak ngobrol Bagas si biker tersebut? *agak bingung kalau belum baca, memang. jadi baca aja dulu*

Bola mata putih

Cerita ketiga ini dari suara seorang perokok yang diminta pemantik apinya oleh si biker di cerita kedua. Si Aku dalam cerita ini seorang pemadat kelas kakap. Setiap hari kerjanya merokok dan madat. Namun sebenarnya dia punya kemampuan untuk melihat jika ada orang yang akan menjemput ajal. Pemadat ini saat bertemu dengan biker di cerita sebelumnya, sempat melihat bola mata pemuda itu berubah putih semua, yang berarti sebentar lagi maut akan menjemputnya. Namun betapa pun dia berusaha mencegah, kematian adalah sesuatu yang pasti datang. Bagaimana pun kondisinya.

Lepas

Kisah ini dituturkan dari sudut pandang perempuan, kekasih si pemadat di cerita sebelumnya. Gadis ini mengalami keanehan saat orang mengatakan bahwa mereka melihat dirinya di suatu tempat, padahal dia tidak pergi ke mana-mana. Keanehan juga terjadi saat gadis ini melihat pengedar ganja yang membuat kekasihnya ketagihan itu turun dari angkot yang akan dinaikinya, padahal dia baru saja melihatnya keluar dari kostan kekasihnya. Dan yang paling aneh lagi adalah di ending cerita. A weird kind of twisted story.

Antara kita

Menurut saya ini cerita yang paling absurd dari semua cerita yang ada di dalam buku ini. Jadi ada seorang pria, yang merasakan kesakitan yang dirasakan bocah dalam mimpinya. Bahkan ketika tangan bocah tersebut tersayat, di tangannya juga muncul sayatan. Bahkan psikiater yang didatanginya tidak bisa memberikan jawaban terhadap keanehan tersebut. Kebingungannya terjawab saat ibu panti asuhan tempatnya tinggal mengatakan bahwa dia memiliki saudara kembar. Yang ternyata adalah si pengedar ganja. Namun yang agaj absurd adalah, memangnya kembaran itu sampe segitunya ya? Iya sih kalau sama-sama sakit itu pernah saya dengar. Tapi kalau luka di badan kembarannya muncul tiba-tiba di tubuh kembarannya yang lain, sepertinya berlebihan. But well, it's a fiction! *jitak pala Berbie*

Perjanjian terlarang

Awalnya saya bingung mencari benang merah dari cerita ini. Tapi ternyata, ini cerita dari sisi keluarga si mahasiswa di cerita pertama. Adalah ternyata ibunya selalu bermimpi bahwa anaknya akan mengalami kecelakaan. Maka si abang, demi menenangkan hati sang ibu, membuat perjanjian terlarang dengan dukun sakti untuk pertukaran nyawa dengan sang adik.  Si abang mencari tumbal agar dirinya atau ibunya tidak harus mati menggantikan nyawa si adik. Tumbalnya adalah seorang biker adik dari teman kantornya (yap, biker di cerita kedua) dan siapakah anak kecil gondrong yang menghantui si adik yang menjadi mahasiswa dan sedang membuat acara makrab di kampusnya? Itu akan terjawab di cerita terakhir ini.

Saya nyaris tidak menemukan typo. Atau mungkin ada tapi karena terlalu asik mengikuti jalan cerita jadi nggak ngeh, kecuali di cerita terakhir (halaman 160):

"Bang! Abang!" teriak seorang pemuda kepada seseorang yang kemungkinan adalah saudara tuanya. Setelah kuperhatikan, ternyata adalah Andi orang yang dipanggil dengan sebutan 'abang' oleh pemuda tadi. Andi menoleh lalu melambaikan tangan, memberi kode pada pemuda tersebut agar segera mendekat.

Nah, si aku bercerita tentang si abang yang dia sebut Andi. Padahal aku di sini Andi. Saya pun mengerti dari kalimat selanjutnya bahwa yang dimaksud adalah Budi. Sepertinya cuma itu kejanggalannya. Selebihnya oke. Dan tanpa perlu rekomendasi heboh, teman sekantor sudah berebut booking pinjam karena baca judulnya yang memprovokasi banget.

Good job, ditunggu karya selanjutnya yang lebih horror :-) *sok berani*

See the review in Goodreads

No comments: