Monday, February 22, 2016

Lakon Librarian: (Every) Day Care

Assalamu'alaikum.

Setiap hari, jadwal pulang siswa di sekolah tempat saya bekerja berbeda-beda tiap levelnya. Misalnya untuk kelas 1 & 2, mereka pulang jam 2 siang. Kelas 3 & 4 pulang jam 2.30 siang. Lalu kelas 5 & 6 pulang jam 3 sore. Perbedaan jam pulang ini tujuannya adalah untuk menghindari kemacetan yang ditimbulkan dari banyaknya mobil antar jemput siswa. Meski sekolah kami memiliki lahan parkir yang cukup luas, namun untuk menampung sebanyak itu mobil, tetap saja kurang. Bayangkan saja, 1 murid dijemput 1 mobil.

liza-fathia_com
pic. credit: liza-fathia.com
Siswa yang menunggu kakaknya di kelas atas, otomatis harus duduk di library selama kurang lebih 1/2 - 1 jam (tergantung kakaknya di kelas berapa) hingga bel pulang berbunyi. Di library yang dingin dan nyaman ini mereka boleh bermain berbagai macam permainan yang tersedia. Mulai dari congklak, puzzle, kartu uno, dan ular tangga yang sekarang sudah hilang dadunya. *curcol*

Lalu setelah kakak-kakak mereka pulang, para adik pun akan menunggu bersama mereka di lobby untuk dijemput. Tetapi, biasanya mereka memilih untuk menunggu di library. Kenapa? Karena tentu saja library yang dingin lebih nyaman dibandingkan lobby yang panas. Dan karena mereka belum dijemput.

Beberapa anak bahkan menjadi langganan menunggu di library karena setiap hari mereka dijemputnya telat. Saya kasihan melihat mereka yang setiap hari berangkat pagi (sekolah masuk jam 8) dan pulang ada yang sampai library tutup (jam 4) belum juga dijemput. Kira-kira kenapa ya?

pic credit: www.amazon.com
pic. credit: amazon.com
Ada siswa yang saya tanya, "apa kamu punya adik bayi di rumah?" karena kalau demikian saya bisa maklum lah ya, karena mungkin ibunya mengurus adik bayi dulu. Tetapi jawabnya 'nggak'. Hmm...

Saya tanya juga ke anak yang lain, apakah ibunya kerja? Karena dia bilang yang menjemput pulang adalah ibunya. Dijawab 'tidak' juga. Nah lho!

Mungkin para orang tua itu memiliki kesibukan yang sangat padat (mungkin ya, saya kan nggak tahu) sehingga anaknya dijemput terlambat. Namun, rasanya nggak adil saja anak harus menunggu di sekolah hingga sore, jika ibu mereka tidak punya bayi juga, dan tidak bekerja kantoran juga. Trus?

Apakah mereka nggak kasihan pada anak-anaknya yang sudah lelah seharian belajar di sekolah, ditambah telat jemput pula. Bahkan tidak jarang saya lihat ada anak yang tertidur di lantai koridor sekolah! Pernah juga ada anak yang lelap sekali tidur di library sehingga satpam pun kesulitan membangunkannya saat akhirnya ibunya menjemput.

Can you imagine? Dulu kita sekolah cuma sampai jam 12 lho! Dan itu pun dijemput tepat waktu (well, saya sih pulang jalan kaki, jadi nggak masalah) tapi anak-anak ini? Kenapa nggak disewain ojek aja, atau diikutin ke mobil jemputan sih kalau memang tidak bisa jemput on time? Saya bukan keberatan mereka di library, meski kadang mereka berisik, tetapi sebagai seorang ibu juga, saya lebih ke kasihan ke mereka. Mereka tentu akan lebih suka istirahat di rumah, kan?

Tapi yah, saya mah apalah atuh? Bekerja di sekolah ini juga yang nge-gaji kan para orang tua murid itu. Jadi, apa hak saya mengkritisi mereka? Kalau mereka bilang anaknya tunggu di library, ya tunggulah di library. Kalau mereka bilang anaknya disuruh nginep di library, ya silahkan aja sih, saya mah ogah nemenin :p

nanny

Pada intinya, librarian di sini tidak merangkap sebagai teacher-librarian, melainkan sebagai nanny-librarian :D

2 comments:

imeldasutarno said...

Asli sedih sama pendidikan jaman sekarang ya mbak. Sekolah dari pagi sampe sore, diluar les ini itu. Semoga semua anak sekolah di indonesia diberi kekuatan menghadapi pola pendidikan yang beda bumi langit sama kita jaman baheula. Miris bacanya sampe tidur di koridor lantai. Duh abis baca artikel ini jadi pengen pulang dan peluk anakku erat2 euy.....

eS Ye eL said...

Iya, jadi pingin meluk anakku juga :)