Sunday, February 21, 2016

The Ocean at the End of the Lane -- Neil Gaiman

The Ocean at the End of the LaneThe Ocean at the End of the Lane by Neil Gaiman

My rating: 4 of 5 stars

Kata pertama yang muncul saat mulai membaca konflik dalam buku ini adalah: WOW!

Saya pikir, buku ini akan seperti buku-buku lain yang menceritakan tentang kepulangan seorang pria usia paruh baya ke rumah masa kecilnya, menelusuri jalan, mengingat kembali teman masa kecilnya, dan bertanya-tanya apa yang terjadi dengan temannya tersebut, lalu datang ke rumah sang teman, dan mendapat jawaban simple: dia sudah menikah dan memiliki anak, dan lain sebagainya.

Tapi ternyata ini jauuhhh dari itu semua. Cerita mainstream di atas tadi tidak saya dapatkan dalam novel ini. Dan inilah yang membuat saya sekali lagi kagum akan kedalaman dan keluasan imajinasi Oom Neil yang luar biasa.

Dimulai dari kepulangan seorang pria untuk pemakaman (yang pada akhirnya saya juga nggak tahu pemakaman siapa) dan memutuskan untuk berkendara menjauh dari acara itu sendiri. Mengikuti kata hatinya, pria tersebut (yang sampai akhir saya juga nggak tahu namanya siapa, ada disebut gak sih?) sampai ke sebuah peternakan milik keluarga Hempstock. Letti, itulah nama teman masa kecilnya. Letti Hempstock yang memiliki samudra di belakang rumahnya.

Samudra yang dimaksud sebenarnya hanyalah sebuah kolam bebek di mata manusia awam. Namun bagi Letti, kolam itu adalah samudra. Dan pria tersebut, duduk di pinggir kolam, kembali teringat masa kecilnya dengan Letti. Masa kecil yang tidak biasa, saat dia masih berusia 7 tahun dan Letti 11 tahun. Masa kecil yang melibatkan makhluk dari dunia lain, dan perjalanan mereka dalam memulangkan makhluk-makhluk itu ke asal mereka.

Menceritakannya kembali tidak mungkin tanpa jadi spoiler, jadi saya memilih untuk melewatkan acara menceritakan kembali isi novel ini. Beberapa kutipan yang saya suka, antara lain:

"Grown-ups don't look like grown-ups on the inside either. Outside, they're big and thoughtless and they always know what they're doing. Inside, they look like they always have. Like they did when they were your age. The truth is, there aren't any grown-ups. Not one, in the whole wide world." (page 112)

Kalau dipikir benar juga kan? Semua orang dewasa pasti memiliki sisi kanak-kanak dalam diri mereka.

"Adults should not weep, I knew. They did not have mothers who would comfort them." (page 123)

Ini benar-benar murni pemikiran anak-anak, karena anak mana yang tidak ikut menangis melihat orang dewasa menangis? Mereka takut, jika orang dewasa menangis, pasti sesuatu yang besar sedang terjadi. Orang dewasa, suka atau tidak, harus menyembunyikan emosi agar anak-anak tetap merasa aman dan terlindungi.

Novel ini benar-benar 'dark' buat saya. Ceritanya dark, settingnya dark, muram, dan menakutkan. Saya sempat takut sama makhluk yang seperti kain sobek, makhluk bernama Ursula, juga varmints. Endingnya juga muram. Buat saya, Oom Neil jago banget bikin novel semacam ini, membuat saya nggak bisa berhenti sekaligus takut buat meneruskan. I'm scared, but I love it!

View all my reviews




No comments: