Tuesday, February 09, 2021

Nine Perfect Strangers -- Liane Moriarty

Nine Perfect Strangers, by Lianne Moriarty

My rating: 3 of 5 stars

Sempat berhenti lama banget buat ngelanjutin novel ini. Padahal saya suka banget tulisan-tulisan Liane Moriarty, hanya saja yang ini kok kurang klik gitu. Tentang resort kesehatan yang dijalani oleh Masha, seorang mantan pebisnis yang sempat mengalami keadaan antara hidup dan mati saat terserang stroke di kantor.

Di resort yang banyak mendapat review positif dari tamu-tamunya itu, ada 9 tamu. Masing-masing datang dari berbagai latar belakang dan masalah masing-masing. Suatu hari Masha menjalankan protokol baru dalam 'terapi mental' pada grup tersebut, dan ternyata hasilnya tidak sesuai harapannya. Masha memutuskan bahwa tamu-tamunya ini membutuhkan sedikit dorongan, mereka harus merasakan bagaimana rasanya berada di situasi hidup dan mati, agar bisa merasakan 'kelahiran' baru setelah keluar dari resort ini.

Sembilan orang yang terjebak di ruangan meditasi yang terletak di basemen, mencoba mencari cara keluar dari sana, dan keadaan makin tak terkendali saat tercium bau asap dan terdengar suara gedung runtuh dari speaker ruangan. Apakah mereka harus mati di tempat ini?

Hubungan interpersonal tamu-tamu tersebut terbangun dengan baik, dan mereka pun keep in touch setelah keluar dari resort. Ceritanya unik sih, tapi gak klik aja di hati.

Monday, February 08, 2021

Beach Read -- Emily Henry

 Ini kisah romance beneran sih, dan ada adegan dewasanya juga, jadi meski covernya cute gitu, gak cucok ya buat dibawah 18 tahun.


Tentang dua orang penulis yang bertetanggaan (secara kebetulan), yang salah satunya mengalami writer's block (oh, ini sedih sih) Satu sisi gak punya ide mau nulis apa, sisi lain editor (atau agen? di sana penulis punya agen ya?) menerornya dengan email, pesan teks, yang isinya gak mau membuat January (iya, nama karakternya January) merasa terbebani, tapi sebenernya email terus-terusan itu membebani juga sih ya! :D


Beach Read, by Emily Henry

My rating: 3 of 5 stars

Anyway, January mengetahui bahwa tetangga barunya itu adalah penulis terkenal yang bernama Augustus (ok, nama bulan juga) Dan January udah berprasangka aja deh ke Gus, sehingga apapun yang dilakukan cowok itu, January merasa tersinggung aja gitu. *alias baper*

Setelah dalam satu kesempatan yang membuat mereka bertemu dalam satu ruangan, mereka akhirnya membuat kesepakatan untuk membuat novel yang berbeda dengan kebiasaan mereka menulis selama ini. January yang selalu membuat happy ending di setiap novelnya, ditantang untuk membuat ending yang bertolak belakang. Begitu pun Gus yang biasa bikin novel suram, ditantang untuk membuat novel romance dengan happy ending.

Bisakah mereka memenuhi tantangan itu, dan konsisten dengan perjanjian "Jangan jatuh cinta padaku!" sementara kegiatan riset mereka meliputi riset tentang kencan romantis, dan pergi ke tempat-tempat yang dijamin akan membuat karakter dalam novel Gus jatuh cinta. 

Sebenernya saya suka sih dengan ceritanya ini, mainstream tapi unik. Cuma kurang suka sama January yang terlalu cepat berpikir buruk. Mungkin karena masa lalunya yang gak sesuai dengan memorinya atau gimana. Trus Augustus juga nyebelin sih, diem-diem aja gak pernah ngomongin apa yang dia rasakan. Apa memang budaya mereka gitu ya, gak mengumbar kisah pribadi ke orang yang baru dikenal. Emangnya kita? Baru kenal udah curhat! HAHAHA! **oppsss!**

Tuesday, February 02, 2021

Troubled Blood -- Robert Galbraith

Troubled Blood, by Robert Galbraith

My rating: 5 of 5 stars

Setelah sekian lama menanti, akhirnya bisa baca buku ini dan yaa saya akui memang sparkling-sparkling antara Strike dan Robin yang menjadi fokus utama saya 😁 dan saya senang saat tahu buku ini cukup tebal (hal yang jarang terjadi, sodara-sodara).

Kasus-kasusnya lumayan banyak dan cukup membingungkan dengan nickname yang mereka gunakan (tau lah saya memang punya daya ingat seperti ayam) tapi saya rasa 'mas' Robert gak bermaksud membuat kita fokus pada kasus-kasus tersebut, melainkan pada kasus besar yakni hilangnya sang dokter.

Kasus ini menguak banyak rahasia & seperti pembaca awam lainnya, saya gak nebak banget bisa mengarah ke orang yang 'itu' sebagai pembunuhnya. Dan saya enjoy-enjoy saja sih meski sesekali saat muncul nama di chapter berikut, saya mikir keras, 'iki sopooo, rek?' ☺️

Anyvvay...! Robin dan Strike nyaris membuat saya pingsan dengan adegan gelap-gelapan mereka, dan sejak chapter itu, saya berpikir sama dengan Strike: kalo something happen antara mereka, bakal kacau balau kayaknya agency detektif itu. Tapi kalo gak dijadiin, pembaca gemes yakaann? 🥳 hahahaha! Mau berspekulasi enaknya bagaimana juga percuma sih, tetap pengarang punya otoritas menggiring arah persahabatan mereka.

Gak sabar nunggu filmnya. Semoga lebih dari 4 episode 😁 kalo bisa request maunya 8 episode hehehe demi ngeliatin Robin dan Strike.

Sunday, January 17, 2021

Brother -- Shofi Annisa

Brother, by Shofi Annisa

My rating: 4 of 5 stars.

Wah, gak nyangka sih bakal baca buku yang keren begini saat memutuskan untuk meminjamnya dari iPusnas. Tadinya mengira bakal baca novel ringan, manis, tentang persaudaraan atau apa. Tapi ternyata konfliknya banyak banget, plotnya juga keren, dan alurnya cepat, bikin gak bosen dan mau baca terus, gak mo berhenti sampai selesai. **tarik napas** Iya, se keren itu.

Emerald, atau biasa dipanggil Rald, mengalami berbagai cobaan dalam hidupnya, mulai dari kehilangan orang yang paling dia sayang, hingga orang-orang terdekat dia. Bagaimana dia bisa bangkit lagi, itu sebuah misteri, tapi yang jelas, attitudenya mayan positif sih, dan inspiring banget.

Lalu suatu hari datanglah seseorang dari Boston, yang menjadi gurunya, dan merek pun akrab banget, hingga Rald merasa sesuatu yang lain dari sikap Pak Radit. Bahkan pernah Rald dicium keningnya sama Pak Radit ((WHAT!!!)) sehingga Rald yang saat itu malah suka, menyangka dirinya gay, kah? Wkwkwk umur-umur segitu emang lagi galau identitas ya? Part ini kocak sih.

Tapi lagi-lagi dengan keahliannya yang entah didapat dari mana, penulis membanting lagi Rald dengan cobaa hidup, hingga dia pun mempertanyakan keadilan Tuhan. Wah waaahhh... berat banget.

Endingnya pas sih menurut saya, dengan kondisi yang dia alami sepertinya gak adil kalo masih dibanting sampe babak belur lagi :D Recommended buat remaja.

Thursday, January 14, 2021

Wuthering Heights -- Emily Bronte

Wuthering Heights, by Emily Bronte

Rating: 4 of 5*

Terniat pingin baca setelah di literature lain banyak yang me-refer ke Heathcliff dan Catherine, mengenai hubungan toxic atau apalah. Jadi penasaran, sebenarnya bagaimana sih kisah cinta mereka? Beli bukunya dan terhenyak melihat tulisannya yang super kecil, dijamin membuat mata saya menyipit. Akhirnya memutuskan meminjamnya dari iPusnas. ((untunglaaahh ada)

Awalnya sempet shock sih, baca di bab 1 saya langsung terheran-heran. Ini kok tuan rumah, pemilik rumah, pembantu, semuanya gak ada yang sopan ya? Keluarga macam apa? Kehidupan macam apa yang mereka jalani?

Cerita pun beralur mundur, diceritakan langsung dari saksi hidupnya, yakni Ellen Dean, pembantu rumah tangga yang kecilnya barengan sama anak majikan, hingga tuanya mengurusi anak-cucu majikannya.

Dari cerita si Ellen, jadi tahulah bagaimana sebenarnya mereka menjalani kehidupan mereka. No wonder semua jadi getir menghadapi hidup. No wonder kalau mereka hidup dengan mulut penuh sumpah serapah, karena orang dewasanya yang seharusnya menjadi panutan, malah mengajari mereka itu semua.

Ah, pokoknya kacau! Tapi keren banget sih ini novelnya. Karakter tokoh2nya konsisten, dan perkembangan emosi dan pemikiran mereka juga bisa diikuti dengan baik. Gak heran sih kalau bisa jadi novel sepanjang masa. Satu-satunya yang ditulis oleh Emily Bronte, dan menjadi kisah klasik yang abadi. 

Super!

Thursday, August 08, 2019

All Things Wise and Wonderful - Semua Yang Bijak dan Megah -- James Herriot

All Things Wise and Wonderful - Semua Yang Bijak dan Megah, by James Herriot

My rating; 4 of 5 stars

Cerita James Herriot dan hewan-hewannya sepertinya tak habis-habis. Ada saja yang dia sajikan untuk pembaca, dengan gaya penuturan yang humoris, membuat buku tebal ini tidak terasa tebalnya. Bahkan ingin berlama-lama membaca dan ingin segera tahu hewan apa, petani siapa, yang akan dia temui selanjutnya.

Penasaran sih sama kisah pertemuan dia dengan istrinya. Ada di buku yang mana ya? Apakah kisahnya seperti Anne of the Green Gables yang pacaran sama teman masa kecilnya? Atau bagaimana?

Anyway, buku ini nggak jenis yang harus segera kelar gitu. Dibaca sesekali, sambil santai pas gak ada bacaan, bisa banget! Karena tiap chapter itu nggak bersambung seperti novel yang memiliki jalan cerita utuh dari awal hingga akhir. Ini semacam kumpulan cerita pendek. Makanya tidak berlebihan lah kalau saya bilang buku ini tidak lekang dimakan waktu ((tsaahh)) :D

Tuesday, July 30, 2019

Resign! -- Almira Bastari

Resign! by Almira Bastari

My rating: 3 of 5 stars

Olrait. Akhirnya setelah drama yang tak perlu dijabarkan disini, saya yang sempat mogok baca memutuskan untuk melanjutkan dan menyelesaikannya. Suka sama TIGRAN. Bos ganteng yang galak dan gak sok kecakepan serta tegas dan menurut gw cukup fair lah. Ngebayangin bos macam itu memberi perhatian khusus ke stafnya bikin mmmm... aneh gitu kayaknya ya? Tapi tetep suka.

Trus Carlo? Ih ni cowok rumpi banget ya? Tapi emang banyak sih anak jaman now yang mirip2 kelakuan Carlo ini. Ceriwis, suka gosip, dan seterusnya. Enak sih punya temen kayak Carlo gini. Asik buat dicela


Alranita. Hmm namanya agak belibet di lidah ya. Tapi panggilannya imut banget. Ngebayangin dipanggil bos dengan nama panggilan gitu, rasanya pasti deg2an ya?

Ceritanya ini tentang kehidupan kantor konsultan & karena saya gak tahu seperti apa sih kerjaan konsultan2 itu, makanya seru aja mengikuti sepak terjang Rara dan teman2nya. Jadi kebayang betapa stressnya kerja dikejar2 klien. Ditambah dikasih deadline sama bos yg mengharuskan lembur setiap hari?

Oh kujadi bersyukur kerja di sekolahan. Masuk dan pulang di jam normal. Lembur sesekali kalau ada event gede aja dan itu pun masih bisa diselingi ketawa-ketiwi sama sesama kacung sambil makan indomie rebus.

Intinya mah: bersyukur bisa kerja. Alhamdulillah yaa.

Trus napa kasih bintang 3?
Sebenernya mo kasih 4, tapiii...
😁 kasi tau gak ya? 

Wednesday, July 03, 2019

The Hating Game -- Sally Thorne

The Hating Game by Sally Thorne

My rating; 3 of 5 stars

Sempet bingung, kasih 3 bintang atau 4 bintang? Kalau 3 kok ya rasanya tega banget, karena sebenarnya saya agak terhibur dengan novel ini. Tapi kalo 4 bintang kayak kebanyakan gitu lho. Secara novel ini gak cetar-cetar amat. (Gak mo rugi gitu yak). Jadi akhirnya saya putuskan untuk memberinya 3,5 deh. Win-win solution, saya pun bisa tidur nyenyak.

Ide ceritanya sih unik. Tentang dua orang yang saling benci, gak pernah akur, yang kerja di satu ruangan. Mereka punya kebiasaan bikin permainan di antara mereka. The Staring Game, aka Permainan Tatap Mata Saya, adalah permainan yang paling sering mereka lakukan. Tapi ya gitu deh, istilahnya dari mata turun ke hati ya benar juga adanya. Lama kelamaan apa gak jatuh cintrong? Cinlok? Bukan cilok ya!

Tapi ternyata jatuh cinta itu tak semudah yang dialami orang-orang. Di kantor mereka, gak boleh pacaran sesama pegawai (hare geneee? Di tempat saya mah suami istri plus anak dan keponakan sekalian kerja di kantor yang sama, kalo perlu pak RT diajak juga) tapi ya aturan itu ada dan sampai sekarang masih ada yang memberlakukan, jadi yaaahh... #susahkomen gitu.

Lucy dan Josh ini punya ambisi menjadi lebih dari sekadar asisten dari bos-bos mereka. Tapi ternyata permainan tatap-tatapan itu bisa menjadi pemicu rintangan ambisi mereka. Nah loh, ribet amat nih saya ngejelasinnya. Intinya mah, kalau posisi didapat, cinta yang baru tumbuh bisa hancur lebur. Begitu pun sebaliknya.

Cinta belum pernah terasa seperti memakan buah simalakama. Saya tau ini cuma istilah, tapi sebenarnya ini buah apa sih? Bentuknya bagaimana? Pohonnya setinggi apa? Eh napa jadi bahas simalakama ya? Kalau mau bacanya lebih syahdu, mending browsing the hating game movie deh. Filmnya belum ada, tapi cast nya sudah dipilih. Jadi bisa membayangkan mereka dalam cerita di novel ini.

Monday, June 24, 2019

P.S. I Love You -- Cecelia Ahern

P.S. I Love You, by Cecelia Ahern

My rating: 4 of 5 stars

Ah nemu satu lagi penulis favorit 😊 suka pake banget sama novel ini, yang diangkat juga ke layar lebar (tapi belum sempat nonton, karena bukunya juga baru kelar tadi pagi). Anyway, pasti banyak yang sudah tahu isinya tentang apa kan? Saya memang termasuk pembaca telat, tapi gak apa. Better late than neper kata orang sunda mah 😉

Agak surprise sih sama endingnya. Kirain Holly bakal jadian sama cowok yang sudah diplot dari awal buat deket sama dia setelah suaminya meninggal. Tapi itu bakal mainstream banget sih, jadi seneng aja pas ternyata nggak jadi
😁.

Beberapa pemikiran dan perasaan Holly saat berduka njleb banget di hati & rasanya ingin memeluk dia. Benarlah adanya bahwa gak ada buku panduan mengatasi duka. Setiap orang memiliki step yang berbeda-beda dalam hal mengatasi rasa sedih setelah ditinggal pergi orang tersayang.

Ada yang merasa bahwa tak pantas rasanya tertawa lagi, ada yang merasa bahwa hidup berhenti setelah ditinggal orang tersayang pergi. Dan yang unik juga adalah sikap orang-orang di sekitar. Ada yang menghindar, tak tahu harus berkata apa, tak tahu harus melakukan apa. Itu biasanya terjadi pada orang yang belum pernah merasakan kehilangan.

Namun, bukan berarti seseorang harus mengalami dulu untuk memahami sih, ada yang disebut empati. Wah, banyak hal yang bisa digali dari buku ini. No wonder banyak yang suka dan merekomendasi.

I love this book!

Sunday, June 16, 2019

I Owe You One -- Sophie Kinsella

I Owe You One -- Sophie Kinsella 

My rating: 3 of 5 stars

Seperti biasa, suka banget sama buku-buku Sophie Kinsella. Untuk selingan dari bacaan yang berat dan bikin mumet, a Kinsella is a great pick. Tapi lalu kenapa hanya kasih 3 bintang? Karena meski ceritanya ringan dan asik (as usual) I feel like missing something. Gregetnya kurang gitu lho. Kenapa ya?

Ide ceritanya sih oke banget! Karakternya juga ya lumayan kuat lah masing2 punya khasnya tersendiri. (Uncle Ned ngeselin sih, sumpah! Dia karakter gak penting di buku ini) Sedihnya buku yang ini gak bikin saya baca sambil ngakak-sampai-keluar-air-mata atau sedih-pilu-terasa-hampa. Biasanya buku Mbak Sophie selalu seru sampai begitu. Hiks... tapi yang ini nggak.

Fixie bisa dibilang tukang ikut campur. Kalo orang jaman now nyebutnya apa ya? Bukan kepo sih, karena kalo kepo tuh cuma pingin tau aja, sementara Fixie ini selain kepo, dia ikut campur ingin membereskan masalah. Nah, apa tuh sebutannya? Yang pasti sih ngeselin.

Trus romancenya aneh banget. Sebentar sama Ryan, trus sama Seb, trus setiap malem selama pacaran menghabiskan waktu bersama Seb, tetiba putus, eehhh balikan lagi! Tanpa penjelasan yang make sense. Seolah diburu2 buat selesai aja gt.

Anyway, meski demikian, ini tidak membuat saya kapok baca buku mbak Sophie. Saya akan selalu menanti-nanti tulisan dia
😉 semoga next book will be better. Semangat mbaknya!

Sunday, June 09, 2019

After Ever Happy (After #4) -- Anna Todd

After Ever Happy (After #4) by Anna Todd

Rating: 2 of 5 stars

Sebentar ya? Hanya dua hari sudah kelar. Karena apa? Banyak yg diskip :D

Gak ingin berhenti baca buku ini tanpa tahu bagaimana nasib Tessa dan Hardin setelah putus-nyambung ribuan kali, namun gak sanggup baca kata2 di dalamnya, jadi solusi paling tepat adalah skip-skip-skip (kalo di karoke, pencet F3)
😁

Sekali lagi Tessa dan Hardin putus! Kali ini saya berharap Tessa bener2 akan ninggalin Hardin, apalagi sebab musabab dan akibat yang ditimbulkan cukup dahsyat & kuat untuk bikin mereka putus. Tapi lagi2, bagaikan magnet mereka selalu lengket lagi & gak bisa nahan diri untuk nggak berhubungan sex. Saya curiga ini sengaja biar wattpadnya banyak yg baca (ih, suujon ya?)

Abisnya kan aneh gt, lagi berantem tau2 narik2 resleting. Lagi ngomong serius ttg apa gt tau2 tangan merayap ke balik blouse. Hhh....! Lelah hayati bacanya.

Anyway, akhirnya sih mereka balikan (obviously) dan yah sesuai judulnya, udah ketebak kan endingnya? Trus ternyata ada lagi buku terakhir (dari yg katanya terakhir ini) judulnya BEFORE.

Kayaknya sih semacam buku MILEA yg diceritakan dari sisi si Dilan. Maka buku BEFORE ini dari sisi Hardin. Dan saya gak akan baca dalam waktu dekat lah. Kecuali di masa mendatang muncul rasa kepo (which I hope not).

Ya udah sampai sekian ya, saya tidak penasaran lagi sama seri ini. Bye Tessa. Bye Hardin.

Friday, June 07, 2019

After We Fell (After #3) -- Anna Todd

After We Fell (After #3) by Anna Todd 

Rating: 2 of 5 stars

Agak lama menyelesaikan buku ketiga ini. Sebab kumulai bosan. Banyak bagian yang diskip (terutama adean ngamar yang sepertinya terlalu berlebihan).

Dari ceritanya, Hardin sepertinya sudah mulai bisa menjadi pria dewasa yang gak melulu emosi. Dia sudah bisa menahan diri dari amarah. Dan Tessa juga udah lebih bisa menerima Hardin dan bersabar menghadapinya.

Buku ketiga ini gak banyak bahas buku klasik, lebih ke urusan keluarga Hardin dan Tessa. Dan soal LDR mereka yang awalnya terkesan lebay, tapi ternyata bisa2 aja tuh dijalani, apalagi jarak mereka cm dua jam gt. Ya kayak Jkt-Bdg aja lah. Wiken jalan2 dua jam ke Bandung mah keciiilll...!

Trus masalah Tessa dan kesuburannya? Belum terbukti apapun sih dokternya juga baru ngasih tebak2an aja, belum diagnosa. Tapi... Hmmm bukankah Hardin jg gak mau punya anak? Jadi sepertinya sih gak bakal jd masalah ya?

Kita lihat lah apakah buku terakhir nanti bisa membuat saya kasih bintang agak banyakan dibanding buku ketiga ini? Karena terus terang sebenarnya pingin baca yg lain, tapi seperti biasa si mbak Anna kasih endingnya ganting banget gitu ih...! Kan jd penasaran.

Sunday, May 12, 2019

Cantik itu Luka -- Eka Kurniawan

Cantik itu Luka by Eka Kurniawan

My rating: 1 of 5 stars

Dilihat dari rak tempat saya menaruh buku ini di Goodreads, nyatalah bahwa saya memang gak kelar baca buku ini.

Awalnya sepertinya seru, karena baca di cover belakang, ini tentang seseorang yang bangkit dari kubur setelah dikubur lebih dari setahun (saya sampai lupa dia dikubur berapa lama tepatnya) dan bisa menyaksikan anak bungsunya menjalani hidupnya, karena sesungguhnya dia tidak khawatir mengenai anak-anak perempuannya yang lain, karena mereka cantik. Sementara yang bungsu itu terlahir jelek. Bayangin sejelek apa, hingga ibunya sampai bangkit dari kubur untuk memastikan dia hidup enak.

Tapi ternyata ceritanya berputar di kehidupan anak-anak perempuan itu dan bagaimana mereka bermain-main dengan lelaki, persis seperti ibunya yang adalah seorang wanita panggilan. Bumbu hubungan seks antara mereka membuat saya lama-lama geli juga yaa, apalagi penggambarannya yang cukup vulgar, bikin novel ini sangat tidak cucok dibaca anak bawah umur.

Ada juga kisah komunis, dan sejarah Indonesia yang coba dimasukkan oleh penulis, tapi asli saya gak menikmati buku ini, sampai akhirnya saya menyerah. Maaf, mungkin otak saya saja yang kurang cerdas.

Tapi saya dengar buku penulis ini ada yang bagus juga. Mungkin saya akan coba baca buku yang lain itu.

Monday, May 06, 2019

After We Collided (After #2) -- Anna Todd

After We Collided (After #2), by Anna Todd 

Rating: 3 of stars

Oke.... berhasil menyelesaikan buku kedua, dan sungguh pintar mbak Anna ini bikin ending yang bikin saya ingin segera buka buku ketiganya. Macam akhir episode drama korea yang bikin... what? What was that?... gitu lah kira-kira.

Anyway, karakter Tessa sudah mendingan di buku kedua ini. Gak terlalu gampang dikadali dan sudah berani menjadi dirinya sendiri. Meski masih aja sih kadang-kadang bikin kezel dengan kedoyanannya menyelipkan tangan ke dalam celana jeans Hardin *tepok jidat, rolling eyes*

Tapi mungkin memang gitu ya? Hormon anak muda plus kebebasan pergaulan bikin mereka macam tak terkendali dalam urusan sex.

Hubungan Tessa sama ibunya tidak lagi diceritakan lebih dalam, banyakan urusan mereka berdua. Bahkan pekerjaan magangnya juga bisa dilakukan sesuka hati. Emang di sana gitu ya? Kalo dipikir2, jadwal kuliah diganti2, untuk menyesuaikan jadwal magang, itu enak banget ya. Belum lagi gampang bgt dapat tempat magang (dari kenalannya bokap Hardin) sekali telepon langsung deal. *sirik aja ya?*

Hardin di sini terasa lebih emosional. Anak punk ini berkali2 menangis saat ditinggal Tessa, saat minta maaf san memohon kembali bersama Tessa. Tapi saat Tessa mau nerima, dia bilang ‘lo mau balikan lagi karena abis denger kisah sedih gw?’ Yaelaahhh... plis deh! Anak punk ini sungguh imsecure.

Wednesday, May 01, 2019

After (After #1) -- Anna Todd

After (After #1) -- Anna Todd

Rating: 3 of 5 stars

Buku tentang kehidupan mahasiswa, namun TIDAK menceritakan kehidupan di kampus sama sekali. Well, ada sih tapi dikiittt banget. Buku ini lebih mengeksplor hubungan percintaan antara Hardin dan Tessa.

Meski temanya tentang kuliahan, trust me, ini gak cucok untuk dibaca anak di bawah umur. Bukan lagi hot, tapi steamy hot. Bahaya. Dangerous. Meski yaaahh siapa sih yang gak bisa dapat akses ke buku sekarang ini?

Kalau bukunya aja begini, bagaimana filmnya? Saya belum nonton krn pingin baca dulu. Bahkan ini dikasih tau anak saya yang masih abege bahwa film After diadaptasi dari buku, karena dia tahu saya prefer baca dulu sebelum nonton, dan dia ingin nonton bareng saya.

Tapi setelah baca bbrp chapter awal, saya langsung bilang ini gak boleh ditonton sama abege. Dan kami memang akhirnya gak nonton ke bioskop. Tapi zaman sekarang kan film bajakan juga banyak yg bs ditonton online. Jadi yah... semoga saja abegeku nurut utk gak nonton.

Saya paling kesel tuh sama Tessa. Ni cewek awalnya terkesan cerdas, pintar, dan meski berasal dari keluarga broken, dia mampu menjaga nilai akademisnya dan masuk ke kampus favorit. Tapiii selama cerita berjalan, karakternya kenapa mengalami penurunan ya? Penurunan intellegensi, penurunan kecerdasan, & jadi seperti perempuan lapar yang gak bisa lihat cowok keren dikit.

Meski udah sering dihina-dina sama Hardin, tetep aja nyariin. Udah ditolak berkali-kali, masih aja ngintilin. Udah dipermalukan berkali-kali, masih aja mau dikadalin. Dasar cewek b*go!! (Dan saya gak tau knp harus nyensor kata ‘bego’)

Trus Hardin. Apakah dia lebih baik karakternya dibanding Tessa. KAGAK! Sama bae!! Udah ngomongnya kasar, kotor, tambah lagi pikirannya kotor aka piktor! Dikit-dikit ngesex. Dikit-dikit ngesex. Laaahhh di sini mah umur 18 th masih bau kencur, di sono udah kumpul kebo!

Tambah lagi si Hardin ini gayanya nge-punk abis. Mgkn klo di sini udah kayak yang di lampu merah gitu: mata merah, naik angkot sambil nyanyi pake tepuk tangan, trus minta uang sambil ngancem yg gak ngasih kagak masuk surga. Yang kayak begitu didemenin? Emang si Tessa mah meni tolol pisan. (Etapi yg di sana mah tinggal di rumah gedong, nyetir mobil bagus, anak horang kaya. Beda ya, b e d a !)

Tapiiii mau dia anak siapa kek, statusnya apa kek, gak menjadikan Hardin boleh bicara kasar ke perempuan! Udah gitu Tessa nerima aja lagi! Dipepet dikit langsung meleleh. Ditowel dikit gemeteran minta di~ (aduh, hampir saja kuberkata kasar spt Hardin)

Sudahlah. Ini saya kasih 3 bintang karena sekesel2nya saya sama perempuan menyenye macam Tessa, saya tetep dibuat penasaran sampai baca hingga habis dan langsung terhempas ketika menemukan ending yang demikian. Meski sebelumnya sudah tau kalo buku ini ada LIMA seri. (Silahkan kaget, saya udah duluan kemaren)

Untuk karakter dan jalan cerita sih saya ngasihnya 1 bintang aja. Gak mutu soalnya. Dan saya baru tau kalo ternyata novel ini fanfic nya One Direction. Hmm no wonder sih. Mungkin dikasih adegan sensual biar banyak yg baca sambil ngebayangin artis idolanya.

Tuesday, April 23, 2019

Point of Retreat (Slammed #2) -- Colleen Hoover

Point of Retreat (Slammed #2), by Colleen Hoover

Rating: 3 of 5 stars

Agak lama kelarnya. Kayaknya sedikit bosan.

Eh, bukan kayaknya ding, tapi memang bosan. Ceritanya masih tentang Lake dan Will, tapi beda sama buku pertama, yang ini dataran rendah banget. Gak ada gejolak gimana gitu.

Buku pertama diceritakan dari suara Lake. Buku kedua ini si Will yang cerita. Awal2nya agak jetlag, masih keder gitu karena yg cerita Will. Tapi lama2 biasa juga. *maap anaknya lola*

Waktu baca yang pertama, saya excited banget baca apa yang akan dilakukan mereka berdua. Bahkan berantemnya juga terkesan cute. Tapi yang kedua ini, hmmm... gimana ya?

Apa yang dilakukan Will saat mereka berantemnya masih normal sih untuk itungan anak mahasiswa, bahkan Will yang sudah sejak umur 19 tahun ngasuh adiknya sendirian, sudah termasuk dewasa. Cuma gimana ya ceritainnya? Di sini gak kerasa banget emosinya.

Isinya melulu tentang roman-romanan mereka, tentang cemburu yang sebenernya gak perlu segitunya juga, dan saat terjadi hal yang mengerikan itu pun gak berasa putus asanya Will. Kayaknya saya baca dengan emosi yang salah.

Memang beberapa kali taro-ambil sih ni buku, mungkin saya sudah melewatkan momen klimaksnya. Jadi tinggal bosannya aja. Anyway, untuk ukuran mbak Colleen yang biasanya bukunya cetar membahana, yang ini memang sedikit mengecewakan. Hiks... 

Monday, April 08, 2019

Slammed (Slammed #1) -- Colleen Hoover

Slammed (Slammed #1), by Colleen Hoover

Rating: 4 of 5 stars

Lagi-lagi bikin baper! Mbak Colleen emang paling pinter deh bikin saya baper sama karakter cowoknya :D Dan satu lagi, dia ini paling bisa bikin cerita yang awalnya indah, di tengah-tengah dikasih bom, hancur lebur, bikin sedih dan gak bisa menduga endingnya gimana, namun di akhir cerita, semua sesuai dengan keinginan saya :D

Saya juga coba mendengarkan lagu The Avett Brothers, secara buku ini sepertinya mengacu ke lagu-lagu dari band itu. Tapi sayangnya gak nemu 'klik'nya. Mungkin karena saya dengerinnya sayup-sayup ya? Harusnya music dan lirik puitis memang didengarnya Dengan volume kencang, supaya tahu liriknya tentang apa. Mungkin akan saya coba lagi kapan-kapan.

Ini sebenarnya karakternya usia young adult ya, remaja menuju dewasa, usia 18-an dan awal 20-an. Jadi cucok lah dibaca sama pembaca usia itu. Tapi ya tau lah, buku 'bule' sama buku local kan beda. Kalo local jarang lah adegan kissing buat buku remaja, tapi nggak gitu dengan orang bule, di mana umur 18 sudah dianggap dewasa, dan banyak dari mereka malah menanti2 umur 18 tahun biar bias keluar dari rumah ortu dan mandiri. Di sini? No komen :D

Ah, mau lanjut buku 2 nya. Siapa tahu lebih baper ;)

Sunday, April 07, 2019

All Your Perfects -- Colleen Hoover

All Your Perfects -- Colleen Hoover

Rating: 4 of 5 stars

Aaahhh gilaaa!! Buku ini romantis bangetttt!!! Bikin deg2an bacanya dan pingin ketemu ama Graham 🤭 pertemuan Quinn dan Graham bisa dibilang aneh bin ajaib, tapi kelanjutannya itu yang membuat penasaran.

Gaya bercerita mbak Colleen yang maju-mundur cantik (now-flashback-now-flashback) bikin gemes. Satu sisi pingin buru2 tau apa yang terjadi di masa selarang, tapi terhibur banget saat baca flashback. Seolah flashback itu mengerem emosi pembaca yang tumpah ruah saat membaca kejadian now.

Ceritanya intens banget, khas Mbak Colleen jiga, bikin nyesek dan gak mo berenti baca sampe kelar. Endingnya? Perfect!!! Pokoknya SYUKA!

Friday, April 05, 2019

Milea: Suara Dari Dilan -- Pidi Baiq

Milea: Suara Dari Dilan -- Pidi Baiq

Rating: 3 of 5 stars

Baca ini kurang begitu menikmati. Karena lebih banyak pengulangan gitu, yang diceritakan dari sisi Dilan. Ya, memang mereka masih berhasil membawa sisi nostalgia dalam diri saya, hanya saja setelah dua buku Dilan difilmkan, saya mengambil kesimpulan bahwa trilogi ini lebih bagus filmnya :D hehe.

Jadi untuk yang belum baca, mending langsung saja nonton deh. Lihat bagaimana manisnya Dilan dan Milea, membawa kembali romansa SMA tahun 90-an.

Monday, March 11, 2019

Dilan Bagian Kedua: Dia Adalah Dilanku Tahun 1991 -- Pidi Baiq

Dilan Bagian Kedua: Dia Adalah Dilanku Tahun 1991 -- Pidi Baiq

Rating: 3 of 5 stars

Masih suka, karena memang masih kena efek euphoria abis nonton filmnya 😁 ini kisah Milea dan Dilan setelah resmi pacaran. Bahasa penulisnya bahasa abege banget ya? Jadi seolah mendengar Milea cerita langsung ke saya.

Meski masih membayangkan wajah pemain film Dilan, mukanya Milea kenapa jadi mulai pudar dari ingatan ya? Padahal baru kemarin nonton filmnya. Payah kali ini, umur gak pernah bohong emang. Hahahaha!

Milea adalah gadis remaja yang pada umumnya. Punya pacar langsung merasa protektif meski dia tidak terkesan over protective juga sih. Milea mengkhawatirkan Dilan karena urusan geng motor itu membuatnya takut kehilangan Dilan. Tapi yang dia tidak sangka adalah ketika ancamannya utk putus menjadi kenyataan, dan mereka akhirnya benar2 putus.

Dulu memang ngancem2 putus itu sering dilakukan teman2 saya yang punya pacar, supaya cowoknya mau nurut. Tapi gimana pun cowok pasti tak ingin dikekang ya? Dan Dilan merasa Milea mengekangnya. Udahlah dia dibelain, sampai Dilan dipecat dari sekolah, Milea malah marah2.

Kalo dipikir ni Milea emang tipikal cewek yang inginnya diturutin ya? Ih kok jd kezel? Hahahhaa! Makanya terima lah tuh nasib kau ditinggal Dilan! Itu akibat ancaman2mu pada cowok yang katamu baik dan sempurna itu.

Aiihhh... ini kok bapernya beda ya abis baca no 2 ini? Malah jd kesel sendiri sama Milea. Hhhh...! Lanjut lah ke buku 3 nya. Mo tau kisah ini dr sisi Dilan.